Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Fiksi Dewasa Kebablasan Dibaca Anak, Salah Siapa?

16 Desember 2022   05:10 Diperbarui: 16 Desember 2022   05:32 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Storyblocks

Zaman now, rasanya akan cukup sulit jika ingin sama sekali tak mengizinkan anak di bawah umur untuk memegang gawai.

Padahal kita semua tahu dan sudah jadi rahasia umum jika media sosial belum menjadi tempat yang ramah anak.

Jangankan hanya di aplikasi saja, iklan-iklan aplikasi fiksi online gratis dan berbayar bertebaran di jeda game/permainan online yang gratisan sebagai tontonan selingan yang wajib diikuti jika ingin mendapatkan bonus tertentu.

Seringkali iklan yang ditampilkan bukan hanya sinopsis atau cuplikan kata-kata dari fiksi yang diambil, kadang juga foto atau ilustrasi yang hot. Entah pria dengan wanita ala Manga Jepang, ala Korea atau yang seperti di cover-cover, ala bule. Bukan cuma bergandengan tangan, tentu saja.

Jika hanya standar-standar saja seperti di iklan televisi swasta nasional, barangkali tak masalah. Yang jadi persoalan jika iklan yang tampil terlalu panas. Misalnya ilustrasi nyaris tanpa busana, diberi kata-kata ala ah ih uh eh oh, tak perlu panjang-lebar dijelaskan, pasutri pasti sudah mengerti maksudnya.

Kemudian banyak terjadi, anak-anak mengklik link yang tersedia untuk menginstal aplikasi baca tersebut. Dan terjadilah banyak hal yang tentu saja kita kurang inginkan.

Bayangkan, anak kita membaca dan mengoleksi dalam benak kata-kata panas dan kurang pantas nan bertebaran!

Anak-anak di bawah umur sudah banyak yang penasaran, ingin tahu rasanya pacaran. Lalu jadi 'dewasa' sebelum waktunya, bukan matang karena usia dan pendidikan, namun gara-gara bombardir media sosial dan segala hiburan online termasuk seni dan sastra literasi instan!

Banyak penulis kisah semacam itu yang membela (tulisan sendiri) bahwa jika sampai anak di bawah umur membaca fiksi dewasa, maka itu salah orang tua mereka.

"Siapa suruh ninggalin ponsel buat anak/ngizinin anak main hape? Bukan salah penulisnya lah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun