Mohon tunggu...
Rama Yanti
Rama Yanti Mohon Tunggu... Human Resources - Profesional dan penulis

Perduli terhadap kemanusiaan. Selalu ingin berbuat baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kali Ini Surya Paloh (Nasdem) Salah Langkah?

22 Juni 2022   08:22 Diperbarui: 22 Juni 2022   08:42 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh Ramayanti Alfian Rusid

Ketika ketua umum partai Nasdem mengumumkan tiga nama bakal calon presiden 2024, banyak yang mengapresiasi. Bahwa itu sebagai langkah tepat dalam mendahului parpol-parpol lain.

Ada yang senang, tentu ada pula yang tidak senang. Persoalannya mengapa harus tiga (3) kandidat. Tidak enam atau 10 orang. Yang namanya bakal calon kan boleh-boleh saja memasang sebanyak mungkin, dengan mempertimbangkan perasaan pihak lain, terutama pihak yang lebih besar.

Terkait perasaan, saya mencoba 'melihat' perasaan ibu Megawati Soekarnoputri dari sisi psikologi sesuai disiplin ilmu yang saya miliki. 

Beberapa hari setelah Ketum Nasdem Surya Paloh mengumumkan kandidat bakal calon presiden republik Indonesia untuk pemilu 2024, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri langsung bereaksi dengan sangat keras: kader PDIP yang menyebut-nyebut koalisi segera mengundurkan diri, atau "Saya pecat."

Koalisi? Dalam Wikipedia koalisi artinya adalah sebuah atau sekelompok persekutuan, gabungan, atau aliansi beberapa unsur, yang dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Aliansi seperti ini mungkin bersifat sementara atau berasas manfaat.

Megawati menegaskan, ia atau partainya yaitu PDIP tidak mau berkoalisi dengan siapapun. Dia lebih suka melakukan kerjasama. Tentunya konteks kerjasama politik dalam hal ini adalah kerjasama mengusung calon presiden untuk pemilu 2024.

Lalu dimana letak 'kesalahan' Surya Paloh dalam menyampaikan usul dari akar rumput Nasdem? Tiga nama yang disebutkan sudah mewakili 'mayoritas'  kuat. Anies Baswedan mewakili suara dari kalangan Islam, Muhammad Andika Perkasa dari militer, dan Ganjar Pranowo dari nasionalis.

Terkait Ganjar Pranowo, bukan sekadar nasionalis tetapi lebih kepada upaya sebagai signal untuk ajakan berkoalisi dengan PDIP. Koalisi adalah kosa kata yang selama ini digunakan oleh parpol untuk sebuah kerjasama politik, baik untuk Pilkada maupun pilpres.

Sampai di sini aman. Semua pihak sudah dirangkul oleh si Abang Surya. Tiba-tiba seperti petir menyambar di siang bolong dari Lenteng Agung, ibu 'Banteng' mengamuk, mengancam memecat siapa pun kader yang menggunakan kata koalisi.

Apa gerangan yang terjadi? Naluri psikologi saya menangkap, ada ketersinggungan Megawati atas nama-nama bakal capres yang diumumkan oleh Bang Surya. Sepertinya 'penasehat' politik si Abang hanya melihat dari sisi politik, tanpa memandang efek psikologis dari pengumuman nama-nama itu. Karena tidak memasukan nama Puan Maharani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun