Mohon tunggu...
Rama Satriawan
Rama Satriawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kesenjangan Ekonomi Masyarakat Desa

22 April 2019   22:20 Diperbarui: 22 April 2019   22:23 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dalam masyarakat pedesaan dimana masih memiliki sifat yang homogen, hal ini dapat dilihat dari pelapisan masyarakat atau stratifikasi sosial. Dimana pembedaan penduduk atau masyarakat dalam kelas kelas sosial tersusun dan bertingkat. 

Perwujudannya dalam masyarakat dikenal sebagai kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. pelapisan sosial yang terdapat pada masyarakat desa umumnya berdasarkan kriteria pendidikan dan kekayaan. Atas dasar pendidikan dan kekayaan ini timbulah berbagai macam keahlian atau profesi (pembagian kerja). 

Dalam hal ini saya menulis opini saya dengan mengambil sampel di desa Pringgarata, kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB. Dalam masyarakat pedesaan di pringgarata di dominasi oleh tingkat sosial kekayaan. sehingga muncul perbedaan kelas dalam hal ini pada sektor partanian. 

Dimana antara petani (pemilik lahan) dan buruh tani (pekerja), dimana petani ini yang memiliki lahan dan kemudian buruh tani lah yang akan di pekerjakan sehingga para buruh menghormati tuan tanah atau pemilik tanah tersebut serta menjalani aturan aturan yang telah ditentukan oleh pemilik tanah, hal ini sudah sering terjadi dan bahkan sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat desa pringgarata.

Pada masyarakat desa di pringgarata, seseorang yang memiliki lahan pertanian atau perkebunan akan sangat di hargai dan di hormati. khususnya untuk kalangan kelas atas dimana yang menduduki kelas atas yaitu pemilik tanah atau lahan pertanian dan perkebunan tersebut. 

Contoh lain misalnya yang bekerja di pasar konvensional. Para pedagang yang memiliki toko biasanya akan membutuhkan buruh yang akan membantu pedagang dalam mamasok barang nya untuk masuk kedalam tokonya tersebut. Para buruh ini biasanya akan menghormati serta menghargai para pedagang khusunya pedagang pedagang besar seperti penjual pakaian dan kebutuhan pokok lainnya. 

Para buruh ini biasanya akan bersifat ramah serta akan terus menawarkan bantuan jasa mereka ke para pedagang. Tidak hanya para pedagang, para buruh ini juga akan menawarkan bantuan kepada para pembeli yang terlihat butuh bantuan dikarenakan barang yang dibawa berat dan banyak, biasanya yang sering menjadi tujuan buruh yaitu ibu ibu yang sedang hamil

Para buruh di desa pringgarata masih tergolong kelas menengah kebawah, jelas hal ini tercipta karena pendapatan yang minim, disamping itu juga pekerjaan yang tidak menentu. sehingga para buruh terus bekerja dalam pemenuhan ekonominnya dengan cara tidak hanya bekerja sebagai buruh dalam bidang tertentu saja, melainkan akan berpindah pindah, dimana yang pada awalnya sebagai buruh tani akan menjadi buruh pasar, hal ini dikarenakan buruh tani hanya akan dibutuhkan pada saat musim panen, dan itu berlangsung selama 3 bulan hingan 4 bulan sekali, tentu hal ini tidak bisa ditunggu oleh para buruh sedangkan kebutuhan ekonomi masyarakat untuk melanjutkan hidup sangat dibutuhkan. 

Sehingga banyak masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani akan berpindah sebagai buruh pasar, lantas apakah dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat? Ternyata hal ini masih belum bisa terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari kegiatan pasar dimana pada umumnya pasar di pringgarataa hanya beroprasi mulai pukul 06.00 pagi hingga pukul 01.00 siang. 

Pendapatan buruh pasar hanya sekitar Rp.10.000 hingga Rp.25.000 perhari, hal ini jelas masih dianggap kurang, dimana masih banyak membutuhkan uang baik untuk makan sehari hari hari maupun keperluan lainnya, para buruh di pasar pringgarata rata rata sudah menikah dan memiliki anak sehingga kebutuhan anak dalam bidang pendidikan sangat diperlukan. Hal ini menyebabkan para buruh pasar sering berpindah profesi baik sebagai pedagang, atau sebagai buruh bangunan. Tergantung panggilan kerja yang mereka dapatkan.      

Disamping masyarakat desa yang bekerja sebagai buruh, masih banyak masyarakat desa yang tertekan ekonominya, misalkan salah seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bernama Bambang (38 tahun) yang  di PHK pada saat bekerja sebagai TKI di luar negeri, dan sekarang ia tidak memiliki pekerjaan dan kesulitan mencari kerja setelah kembali ke kampung halamannya, mengingat usia yang sudah tidak muda lagi dan memiliki 2 orang anak, di mana anak pertama pada saat ini menduduki kelas 3 Sekolah menengah pertama (SMP) dan akan masuk Sekolah menengah atas (SMA) tentu akan sangat membutuhkan banyak biaya dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anaknya, disamping itu anak yang terakhir masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), sehingga dalam pemenuhan ekonomi istri bambang terpaksa bekerja keras dimana pada awalnya sebagai pengasuh anak kini ditambah sebagai pelayan toko.

Tidak hanya bapak Bambang yang merasa tertekan perekonomiannya, melainkan ibu Anun yang berasal dari dusun Pringgarata Barat, dimana merupakan salah satu penjual sayur keliling kampung yang sering bahkan setiap hari menjajakan dagangannya kepada masyarakat dengan membawa bakul yang ditaruh pada kepalanya serta tas kresek disamping kiri kanan tanganya yang berisi sayur sayuran yang masih segar, dimana dibeli dari pasar yang berada pada dusun Pringgarata Timur dan kemudian akan dijual pada masyarakat dengan berkeliling berharap mendapat pembeli dari rumah ke rumah, keuntungan yang didapat sangat sedikit dibandingkan tenaga yang terkuras dari pagi hingga siang hari berjualan dari kampung ke kampug dengan jalan kaki, misalkan dari menjual sayur sawi atau bayam yang dijual perikat dengan harga Rp.1000 dan menjualnya kembali dengan harga Rp.1500. 

Jadi keuntungan yang di dapat hanya Rp.500, hal ini sangat minim, meskipun suami dari ibu Anun membantu perekonomiannya namun hal itu tidak cukup dikarenakan suami ibu Anun berprofesi sebagai ojek konvensional dan tidak banyak orang yang meminta jasanya. Belum lagi sayur sayuran yang dijual oleh ibu Anun jika tidak laku maka akan rusak dan tidak bisa dijual lagi, tentu hal ini sangat merugikan. 

Disamping itu ibu Anun memiliki anak perempuan yang masih kecil dan masih sangat membutuhkan gizi yang cukup untuk pertumbuhannya. Tidak hanya ibu Anun yang mengalami hal demikian tetapi masih banyak pedagang kecil lainnya.

Dalam hal ini saya rasa peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal menunjang perekonomian masyarakat desa, khusunya golongan kelas menengah ke bawah seperti halnya para buruh, pengangguran, serta para pedagang kecil. 

Tanpa disadari pengangguran akan terus bertambah jika hal ini terus terjadi. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena para orang tua yang memiliki pekerjaan sebagai buruh, pengangguran atau pedagang kecil tidak bisa memenuhi biaya pendidikan anaknya, sehingga banyak ditemukan anak yang putus sekolah dan tidak dapat melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi, padahal banyak putra putri bangsa yang putus sekolah Karena kekurangan biaya yang memiliki cita cita mulia. 

Tetapi hal ini  sudah biasa terlihat di masyarakat desa pada umumnya, anak anak yang putus sekolah tersebut kemudian akan membantu orang tuanya dalam hal memenuhi perekonomian keluarga, baik sebagai buruh dengan mengikuti jejak orangtuanya, sebagai pedagang kecil kecilan atau hanya menunggu belas kasihan dari orang lain. 

Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan, untuk itu segala pihak harus turun tangan dalam membantu para generasi penerus bangsa ini dalam menempuh pendidikan dan menggapai cita citanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun