Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mantan Guru • S1 Bahasa dan Sastra Indonesia • Bergiat di Kembara Rimba dan Salam Semesta • Warga Gg. Mangga Garis Lurus

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Mengenang Ikan

19 Oktober 2017   12:12 Diperbarui: 19 Oktober 2017   12:32 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluar dari pintu ini seekor ikan. Bagaimana hujan, bola mataku, kolam ikan itu? Jangan bilang padaku kalau kau telah sembunyikan ribuan telur di dalam perutmu. Aku mungkin tak sempat menelponmu sesaat sebelum kau memberi hormat di lapangan upacara. Aku juga tidak begitu akrab dengan sikap seekor kucing betina yang, tolong usir kutu-kutu di ekorku! Tapi akan kuberikan padamu koleksi hujan terakhir yang mengucuri kota yang berlumpur ini, beberapa bungkus tisue dan drama yang menampilkan---lihatlah aku, ada kekuatan dalam yang tidak akan pernah bisa kau taklukan, dan suatu hari kegilaan lahir dari ketakutan dan keberanian---tidak masuk akal, tapi itu modal untuk move on dan menjadi pemenang sepanjang waktu.

Terlalu kenyang pagi tadi, kebanyakan nasi uduk

dan membuka mata dengan

pikiran tentang kebahagiaan seekor ikan dan kakiku

seperti mengenakan sepatu kuda...

rencananya mau pergi ke toko buku, memandang keramaian kota yang lain,

dan menyembunyikan kesepian

di balik sebuah lagu

mencoba meloloskan diri dari hari-hari yang kelabu---

coba saja kalau bisa...

tapi saat kau memuntahkan telur dari perutmu,

kabari aku

ikan yang lain

Kabayan si pelamun.

Indonesia, 1211191017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun