Usai makan malam dengan menu nasi goreng pedas dan telur ceplok ala masakan Aria, kami bertiga berencana akan pergi menuju kedai kopi langganan kami tempat di mana biasanya kami nongkrong. Namun, waktu sebelum kami berangkat, mendadak Dika mengeluh bahwa perutnya sakit.
"Ini pasti gara-gara nasi goreng bikinan Aria.", tuduh Dika sewaktu ia keluar dari kamar mandi untuk kesekian kalinya.
Malam itu, kami tak jadi pergi ke kedai kopi dan memutuskan menonton film di kamar.
Sore tadi aku sengaja mengakhiri pembicaraan dengannya karena aku pikir aku hanya bingung harus memulai dari mana obrolan kami.
"Halo, Nad?", ucapku saat telpon itu diangkat. Lantas aku bangkit dari duduk dan keluar kamar. Barusan Aria dan Dika bertanya siapa yang menelpon. Kujawab bukan siapa-siapa.
"Ya, Ga?", terdengar timbul-tenggelam suara di seberang menjawab.
"Di sana kok, berisik, ya, Nad? Ini kamu lagi di mana?"
"Lagi ke acara gigs. Biasa musik setan. Bentar, ya, Ga.", katanya tanpa mematikan telpon. Tak lama kemudian, suaranya terdengar kembali, "Halo, Ga? Kamu lagi ngapain?"
"Aku lagi duduk-duduk di teras. Kamu pergi ke sana sendirian?"
"Enggak, aku pergi sama temanku."
"Kukira datang sendirian, hehehe"
"Apa teman-temanmu masih di sana?"
"Iya, mereka ada di kamar sedang nonton film."
"Nonton film apa?"
"Titanic"
Di seberang ia tertawa, "Aku curiga kalian sedang menunggu dua adegan di film tersebut. Pertama, momen di mana Rose sedang dilukis oleh Jack. Dan yang kedua, momen mesra Jack dan Rose di dalam mobil."
"Hahaha.. adegan yang sulit untuk dilupakan."
Hening.
"Arga, apa sebaiknya nanti kita sambung lagi obrolannya? Sepertinya aku harus segera kembali menemui temanku. "
"Baiklah kalau begitu. Hati-hati di sana, Nad."
"Oke, Ga. Sampai nanti."
BERSAMBUNG