Mohon tunggu...
Rakhmad Syarif
Rakhmad Syarif Mohon Tunggu... Guru - "Menjadi Seorang Guru Bukanlah Pekerjaan, Melainkan Sebuah Pengabdian"

Guru SMP Negeri 4 Samarinda.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Balada Hutan Kalimantan

6 April 2022   18:00 Diperbarui: 6 April 2022   18:01 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bergelinding tumbang hancur pecah
Emas hitam menjadi lambang keserakahan
Semua berebut  atas nama perut
Lupa wajah penduduk yg mengkerut

Hitam udara berlapis bara
Merusak moral penguasa
Tak peduli hutan menganga
Asal duit mengalir untuk mereka

Cerita tentang hutan di tanah ku
Katanya zamrut katulistiwa
Kini menyisakan ratusan lobang tanpa tangung jawab
Korban tak mengapa, asal duit tetap mengalir

Siapa berani melawan, sebentar akan dibungkam, sebentar direndam, sebentar terdiam
Hutan ku kalimantan ku
Tanah adat habis diterabas,
Suku asli hanya menerima akibat
Panas, banjir lumpur, rintihan orang hutan,
Rontoknya bulu enggang
Tak mengapa asal duit tetap mengalir

Wahai engkau pencari makan di tanah ku,
Pernah engkau tau betapa sakitnya kami melihat hutan kami hancur,
Kami melawan dibenturkan alasan dan undang-undang,
Hingga tangisan bayi tertutup Godam besi

Kepada siapa kami mengadu, siapakah amanah di tanah kami, atau hanya sibuk membolongi perut bumi,
Tuhan ku, munkin hanya padamu kami bersandar, kepada manusia kami banyak kecewa,
Tuhanku, doaku padamu, jaga hutanku, hutan kalimantanku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun