Mohon tunggu...
sekar A
sekar A Mohon Tunggu... Penulis - pemimpi

Active

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengalaman Buruk pun, Bisa Jadi Kenangan Indah

8 Desember 2020   09:01 Diperbarui: 9 Desember 2020   00:10 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber : Unsplash photo by Lukas Blazek)

Ternyata seru juga menerobos arus banjir, hehehe. Tidak terpikir kan oleh saya, cuaca dingin, arus bajir, tanpa alas kaki. Rintangan kami melewati banjir-pun selesai. Eittts! Kami harus berjalan sekitar tiga kilometer lagi untuk sampai perempatan.

Selama di perjalanan kami bersendau gurau, lalu-lalang motor terus lewat. Sedikit-sedikit kami menoleh ke belakang, berharap ada angkot. Namun ada satu kejadian lucu yang tidak boleh saya lupakan.

Saat kami berjalan, ada salah satu pengendara motor yang sepertinya sengaja bersin kencang di dekat kami.HHAAACHIII! lantas kami semua tentu terkejut. Pengendara motor tersebut merupakan bapak-bapak. Ya maklum, bapak-bapak kan bersin nya keras. Teman saya ini malah berteriak kencang memarahi pengendara motor tersebut. Untung lokasinya sedang sepi.

Kami terus berjalan hingga beristirahat dulu di sebuah mushola. Setelah beristirahat, kami terus melakukan perjalanan. Sampai lah kami di perempatan. Nah di sini, baru kami bisa naik angkot. Ahhh lega. Waktu mulai menujukkan pukul lima sore. Saya memutuskan untuk tidak ikut les, saya harus pulang, orangtua saya pasti khawatir.

Benar saja, sampai rumah, saya melihat orangtua saya seperti sedang panik kalang kabut karena saya tidak kunjung pulang. Akhirnya saya menceritakan dari awal apa yang sedang terjadi dengan saya dan teman-teman saya.

Sungguh pengalaman berharga bagi saya saat itu. Walaupun bisa dibilang buruk, namun saya terkesan sekali. Menerobos banjir, berjalan kaki tanpa alas sepatu sejauh lima kilometer. Dari situ, saya mendapat pelajaran berharga. "Kalau mau sesuatu, apapun caranya kamu harus segera berjalan. Tidak boleh diam di tempat, atau kamu tidak akan pernah meraihnya."

Owh bayangkan, jika kami berlima tidak segera berjalan saat itu, mungkin kita sudah menginap di sekolah. Orangtua juga cemas.

3. Dihukum sekelas, disuruh lari muter-muter lapangan

Pasti kita juga pernah punya kelas yang terdapat anak-anak nakal. Justrus dengan kehadiran mereka, suasana kelas jadi mengaysikkan. Bermula saya masih duduk kelas 9 SMP. Saya sudah pindah dari ibu kota ke kampung. Hehehe.

Kejadian ini bermula, ketika ada salah satu teman laki-laki saya bikin ulah sebelum guru datang. Dia menggunting-gunting kertas sembarang lalu menebarkan ke seluruh ruang kelas. Sekejap kelas jadi kotor karena salah satu oknum.

Saat guru datang, dia tentu terkejut melihat kondisi kelas kotor seperti ini. Tanpa pikir panjang, sekelas langsung menuduh siapa pelakunya. Bukannya menghukum oknum tersebut, guru saya malah menghukum sekelas. "Ayo! Dalam hitungan tiga, kalian harus sudah ada di lapangan. Lari 3 kali, Cepat!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun