Mohon tunggu...
sekar A
sekar A Mohon Tunggu... Penulis - pemimpi

Active

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Anak Kota Pindah ke Kampung (episode 5)

23 Juni 2019   13:37 Diperbarui: 23 Juni 2019   13:44 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa kalian tahu makanan yang bisa disantap dengan keadaan manis maupun asin? Biasanya makanan ini sering dijual di pinggir jalan pada malam hari. Harganya-pun cukup terjangkau untuk satu loyang. Untuk yang manis, bentuknya bundar seperti pizza. Sedangkan yang asin bentuknya mirip ... eh ... apa ya? Kadang persegi, kadang persegi panjang. Pokoknya terdapat empat sudut menurut bentuk. Sama-sama disajikan hangat, dan rasanya enak. Tergantung yang masak. Tahu jawabannya? Ya, martabak! Ada martabak manis dan martabak telur.

Hampir setiap malam (kalau keluar rumah) aku selalu menemukan kios martabak di pinggir jalan. Pasti lah di pinggir, kalau di tengah jalan Abangnya lagi gak waras. Malam itu, keluargaku berencana pergi ke pusat keramaian mencari makan malam, bukan sarapan. Udah malam, sepi (gak terlalu sepi amat sih!), mana kanan-kiri sawah, kan sawah emang gelap. Aku takutnya ada yang ngeprank jadi hantu tiba-tiba di tengah jalan. Dan beruntungnya hal itu tidak pernah terjadi dari zaman belanda menjajah, sampai zaman milenial. Nah ... sampai tuh di pusat keramaian. Yang namanya pusat keramaian pasti ramai lha ... masa sepi. Tapi tempat ini tidak mengadakan acara macet. Akhirnya aku lega setelah melewati tengah sawah hanya bersinar cahaya motor dan bulan. 

Kiri kanan kulihat banyak kios yang menjajakan dagangan mereka. Kebanyakan dari mereka berjualan makanan di malam yang gelap ini. Ada nasi pecel, tepo nasi kucing, mie ayam tanpa ayam, hingga martabak. Anehnya, aku selalu menemukan suatu kejanggalan di setiap kios martabak. Mengapa? Karena setiap kios spanduknya bertuliskan, 'Martabak Terang Bulan'

Aku pikir 'Terang Bulan' itu nama merk. Kan kalau di kota, ada Martabak Bandung, Martabak Bangka Belitung, Martabak 88, sampai Martabak Patah Hati. Bukan patah kaki. Gak tahu yang jual lagi patah hati atau emang bentuknya. Dan tempat yang aku tinggali sekarang ini punya merk martabak yang cukup mengelikan menurutku. Terang bulan, orang itu bukan bulan dan tidak bisa mengeluarkan cahaya, gak mungkin kalau bulan dimasak di atas loyang. Mikir .... Nanti kalau aku punya kios martabak, akan aku buat 'Matarbak Komet Harley'. Atau mungkin 'Martabak Matematika', jadi setiap ingin memotong satu loyang menjadi beberapa bagian, gunakan rumus matematika terlebih dahulu sebelum memotong. Udah ada belum yang seperti itu?

Balik aja deh ke topik. Sebenarnya daerah ini emang sengaja buat spanduk yang bertuliskan sama, cabang martabak yang sama,  atau emang penjualnya aja yang tidak punya ide jadinya ngikutin yang di sebelah. Hmm ... pertanyaan yang harus dijawab segera. Ahh ... karena tidak mau ambil pusing, aku melupakan pertanyaan terang bulan itu sejenak. Mana tugas sekolah juga banyak.

Keesokan harinya di sekolah. Siang setelah sholat zhuhur, aku kembali ke kelas.  Karena ini masih istirahat, teman satu bangku denganku, mengeluarkan smartphone-nya karena bosan. Kalau sudah main smartphone, pasti dia langsung stalking sesuatu di instagram. Entah itu tempat wisata, refensi film, melihat idolanya, dan buka-buka akun toko online. Padahal gak ada barang yang mau dia beli. Selang beberapa menit, dia menunjukkan suatu video yang dilihat, "Terang bulan'e ketok'e ueenak pol! Pengen aku. (Terang bulannya kayaknya enak banget! Jadi pengen)" 

Penasaran kan tuh. Mataku menonton video berdurasi satu menit memperlihatkan cara memasak martabak manis. "Ini mah ... martabak." aku sedikit membantah. "Bedo neh, martabak iku asin, terang bulan iku legi. (Beda lagi, martabak itu asin, terang bulan itu manis)" ucapnya tidak terima. Aku jadi bingung. Martabak bukannya ada yang asin dan manis ya? Kok, yang manis malah terang bulan dan yang asin malah martabak. Ingatanku kembali pada kemarin malam tentang kejanggalan kios martabak. Otakku berpikir sejenak meresapi kata-katanya. 

Oh ... sekarang aku mengerti. Orang sini menyebut martabak manis dengan sebutan terang bulan, sedangkan martabak telur dengan sebutan martabak. Itulah sebabnya setiap kios martabak terdapat tulisan terang bulan. Yang artinya, martabak manis dan telur. Itulah asal-usul nama terang bulan yang sebenarnya di daerah ini. Ya ... beda derah, beda nama. Tapi kok, namanya harus terang bulan? Ah ... sudahlah, biarkan kreativitas mereka berkembang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun