Mohon tunggu...
Rajiman Andrianus Sirait
Rajiman Andrianus Sirait Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, penulis jurnal, artikel dan lagu, sebagai editor beberapa buku Teologi dan pendidikan agama Kristen dan saya juga aktif dalam pelayanan sosial dan gereja

Nama saya Rajiman Andrianus Sirait, saya berprofesi sebagai Mahasiswa, penulis jurnal, artikel dan lagu, sebagai editor beberapa buku Teologi dan pendidikan agama Kristen dan saya juga aktif dalam pelayanan sosial dan gereja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Krisis Moralitas: Refleksi Kisah Sodom dan Gomora

24 Agustus 2022   18:36 Diperbarui: 24 Agustus 2022   18:39 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Kata moralitas berasal dari kata Moral yang diambil dari bahasa Latin mos (jamak, mores) yang berarti kebiasaan, adat. 

Kata moralitas juga merupakan kata sifat latin moralis, mempunyai arti sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Kata moral dan moralitas memiliki arti yang sama, maka dalam pengertiannya lebih ditekankan pada penggunaan moralitas, karena sifatnya yang abstrak.

Manusia adalah an acting person, yang berarti ia melakukan sesuatu, bertingkah laku. Perilaku manusia sendiri dapat dipandang atau dinilai dari  banyak segi, seperti; segi teknis, kesehatan,ekonomis, dan sebagainya. Moral tidak terlepas dengan etika. Dalam konteks filsafat moral, kata "etika" memiliki tiga arti, yaitu

a. etika dalam arti nilai-nilai moral, yang merujuk pada nilai yang menyangkut manusia sebagai manusia seutuhnya. Maka, dibedakan dari nilai sosial, ekonomis, budaya, dan sebagainya.

b. etika dalam arti peraturan atau norma moral, yang merupakan standar tentang kualitas seseorang sebagai manusia; standar moral menentukan apakah seseorang dapat disebut manusia yang baik. Peraturan moral berbeda dengan peraturan hukum. Orang yang dinyatakan benar secara hukum, belum tentu ia benar dan baik secara moral.

c. etika sebagai ilmu atau filsafat moral, yang mempelajari moralitas, yakni keseluruhan nilai-nilai dan norma-norma moral seseorang atau suatu masyarakat.

Moralitas bersumber pada tradisi atau adat istiadat, agama, dan juga ideologi. Singkatnya, moralitas itu memberikan petunjuk yang konkret tentang bagaimana ia mesti hidup, dengan suatu tujuan bagaimana seseorang dapat menjadi "manusia yang baik".

Pada abad ke 21 kini, krisis moral mulai semakin nyata, bahkan cenderung manusia tidak malu lagi berbuat sesuatu yang tidak bermoral. Bahkan semua itu juga masuk dalam dunia pendidikan dan keagamaan. Pendidikan yang seharusnya menjadi tempat untuk mencetak generasi yang berkualitas dan berintegritas, malah menjadi tempat yang mengajarkan untuk menjadi cabul, pembohong dan penipu. 

Hal tersebut bukan sebuah isapan jempol semata, mana kala ada petinggi Perguruan Tinggi yang ditangkap KPK karena menerima suap untuk memasukkan calon mahasiswa, jual beli ijazah, pencatutan karya orang lain, belum lagi beberapa sekolah yang kedapatan gurunya memperkosa muridnya dan sebagainya. 

Praktik tersebut juga masuk ke dunia keagamaan, mana kala para pemimpin keagamaan yang dihormati dan disegani malah menjadi pelaku serupa.

Tidak berhenti disitu saja, di era serba terbuka ini, semakin maraknya juga orang yang bangga menyatakan dirinya seorang LGBT pun mulai terasa. bahkan, mereka terang-terangan meminta untuk diberikan legalitas, dengan alasan HAM. Menurunnya moral dan etika dalam pola hidup manusia menjadi sebuah masalah yang sangat membutuhkan suatu perhatian secara serius dan mendalam dengan melihat faktor peradaban yang ada. 

Hal tersebut dikarenakan, bila terus dibiarkan, maka jangan heran bila kualitas pemimpin kita akan semerawut, bahkan bangsa kita bisa hanya sebagai kenangan semata. Mengapa demikian?

Bila melihat kisah Sodom dan gomora, dalam kitab Kejadian memberi tahu kita bahwa 'orang Sodom sangat jahat dan berdosa' (Kej. 13:12-13). Pada tragedi pengepungan tempat kediaman Lot, datang banyak orang untuk meminta memakai orang yang datang ketempatnya (lihat Kejadian 19:5). 

Dalam teks aslinya kata "pakai" adalah  (yda`), artinya 'mengetahui, mengenal, memahami, dan bersetubuh'. Dosa penduduk Sodom adalah kerakusan, kekejian, dan kesenangan yang semu. Dampak dari dosa tersebut, kota itu dibumihanguskan.

Pada masa ini pun, kita sudah mulai merasakan suatu teguran yang cukup nyata, yaitu dengan adanya pandemic Covid 19. Semua kalangan, kaya-miskin, berpangkat-tidak berpangakat tidak ada yang dapat kebal dari virus ini. Sebagai manusia haruslah kita merefleksikan diri bahwa kehidupan di dunia ini "hanya sementara". Semua kesenangan yang dikejar di dunia sifatnya hanya sementara. 

Kehidupan akan lebih indah dan bermakna jika kita dapat menjadi berkat. Menyadari bahwa semuanya yang kita rasakan karena Tuhan. Maka ketika sadar siapa kita, kita akan menjaga dengan betul cara hidup di dunia ini. (RAS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun