Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review "True Stalker", Ketika Kepo Berujung Petaka

9 Februari 2025   09:54 Diperbarui: 12 Februari 2025   10:47 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nggak usah kepo-kepo lagi ya (Sumber: dokumentasi Vidio/Screenplay Films)

KEPO! Ya, satu kata yang merupakan singkatan dari "Knowing Everything Particular Object", kini sudah diserap oleh KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), dengan arti rasa penasaran dan ingin tahu yang berlebihan akan kehidupan orang lain.

Kata kepo ini berkembang di masyarakat dengan makna yang negatif. Merujuk pada seseorang atau sekelompok orang yang selalu pengin tahu apa yang orang lain lakukan.

Tapi bagi sekumpulan anak-anak SMA, kemampuan dan kelihaian mereka dalam mengepoin orang lain malah jadi ladang bisnis. Semisal diminta tolong seseorang untuk mencari tahu apakah pasangannya selingkuh atau tidak, kemudian mereka dibayar dengan sejumlah uang.

That's the True Stalker!

Karakterisasi template ala cerita wattpad

Dari sekian banyak menonton series romansa yang diadaptasi dari cerita wattpad, saya banyak menemukan pola yang sama soal karakterisasinya. Nggak terkecuali True Stalker, series arahan Angling Sagaran dan Anika Marani ini.

True Stalker berpusat pada dua karakter utama yakni Adiba (Haico Van Der Veken) dan Agam (Jefri Nichol). Mereka satu sekolah tapi beda tingkatan. Adiba adalah adik kelas Agam yang begitu terobsesi kepada Agam. Ke manapun Agam pergi, ia selalu menjadi penguntit yang baik. 

Nggak jarang, ia sengaja meng-upload kegiatan Agam tanpa persetujuan, yang malah membuat Agam merasa tidak nyaman. Sebetulnya ia menyukai Agam karena merasa Agam menjadi lelaki penyelamat dari kehidupan keluarganya yang buruk.

Sementara Agam adalah anak seorang kaya raya yang menginginkan ia meneruskan usaha yang dirintis oleh orangtuanya. Dan ya bisa ditebak, Agam tidak mau. Ia punya mimpi dan cita-cita sendiri daripada sekadar mengekor kesuksesan ayahnya.

Dua karakter yang latar belakangnya bagai langit dan bumi ini, sering kali berakhir dengan jatuh cinta. Meski Agam risih dengan kelakuan Adiba, pada akhirnya ia akan luluh juga. 

Kalau kamu berpikir begitu, kamu tidak salah. Karena memang, pada akhirnya mereka jatuh cinta. Tapi proses cinta mereka nggak sesederhana itu. Series 8 episode ini membawa penonton pada banyak konflik yang tak terduga.

Geng Agam (paling kanan), bersama Helena pacar Agam. (Sumber: dokumentasi Vidio/Screenplay Films)
Geng Agam (paling kanan), bersama Helena pacar Agam. (Sumber: dokumentasi Vidio/Screenplay Films)

Penuh konflik, banyak kejutan tak terduga

Selama nonton True Stalker, saya banyak terkejutnya. Masih nggak nyangka, bahwa film ini punya bagian thriller yang justru jadi pemantik utama konflik. Pas nonton episode pertamanya, saya nggak kepikiran kalau film ini bakal mengarah ke sana. 

Apalagi episode perdananya cukup membosankan. Nggak menyisakan ruang untuk penonton mengggali sesuatu di episode selanjutnya. Film menggunakan time jump dalam satu episode. Kisah Adiba dan Agam yang berlanjut hingga kuliah, serta background keluarga Adiba sudah terangkum penuh dalam episode satu.

Saya sampai nonton ulang untuk memastikan apa memang ada clue yang memastikan series ini akan berakhir gelap. Ya, ternyata tidak.

Padahal menurut Hanung Bramantyo (17 Selamanya), episode satu ini adalah episode yang sangat krusial karena akan menjadi penentuan bagi penonton untuk lanjut atau skip.

IMHO, True Stalker bisa saja "meniru" Elite, serial populer asal Spanyol, yang sedari awal sudah menunjukkan identitas mereka. Atau seenggaknya, penonton dikasih clue secara bertahap di setiap episode, sehingga proses reveal nggak numpuk semuanya di episode terakhir.

Tapi soal ini memang bukan masalah True Stalker saja sih. Hampir ditemukan di banyak series yang terjebak pada pujian "plot twist-nya keren".

Enggak! Nggak ada yang salah dengan plot twist, tapi yang dijadikan penilaian adalah bagaimana film menyajikannya.

Kurang rinci soal ilmu stalker-nya

Tebak siapa biang kerok yang jadi the real true stalker? (Sumber: dokumentasi Screenplay Films)
Tebak siapa biang kerok yang jadi the real true stalker? (Sumber: dokumentasi Screenplay Films)
Adiba dan teman-temannya mendirikan KSI (Komunitas Stalker Indonesia) yang awalnya mungkin iseng. Tapi semakin komunitas ini berkembang, semakin banyak orderan, malah semakin membuat mereka saling mencurigai, dan persahabatan jadi taruhannya.

Sejenak kita tempatkan posisi di karakter mereka. Jika kamu menjadi teman Adiba, kemudian kamu dibayar dengan sejumlah uang dalam jumlah fantastis, dengan tugas untuk mencari aib Adiba. Apa yang akan kamu lakukan, menerima uang tersebut dan melaksanakannya atau menolaknya?

Naskah gubahan Aaron Hart dan Effrina Sisfayeralda ini memang pandai memainkan emosi penonton. Karakter-karakter yang ada dibuat ambigu dan membuat saya bingung, siapa sebetulnya yang menjadi "true stalker" di antara semua karakter yang ada.

Karakter-karakter yang ditulis punya motivasi sendiri untuk layak dicurigai sebagai the real true stalker. Dan inilah faktor utama yang akhirnya saya berniat melanjutkan series ini hingga selesai.

Walau begitu, saya cukup geregetan soal bagaimana cara karakter melakukan stalking. Hampir di semua adegan stalking, mereka hanya digambarkan ketak-ketik laptop, kemudian menyorot wajah cemberut karakter, ketak-ketik lagi, eh langsung dapat semua infonya.

Penonton nggak diajak untuk masuk ke dalam dunia mereka. Padahal ini poin penting dari film yang bertema teknologi.

Semisal kita belajar pada dua film impor Missing (2018) dan Searching (2023). Mereka melakukan adegan stalking dengan sangat hati-hati dan perlahan. Tujuannya agar penonton bisa ikut memahami proses yang karakter lakukan sekaligus merasakan ketegangan yang ada.

Atau nggak usah jauh-jauhlah. Sebelum True Stalker, ada series Indonesia berjudul Code Helix (2022) yang mampu memvisualkan adegan stalking dan atau yang berbau teknologi dengan gambaran animasi dan efek visual yang rapi dan terstruktur.

So, penulis naskah penting untuk riset lebih dalam. Dan lebih penting lagi bagaimana sutradara punya misi yang bisa diterjemahkan oleh editor menjadi tambahan visual yang menarik.

Terlepas dari itu semua, True Stalker adalah series romansa (dengan tambahan misteri) yang masih seru untuk ditonton. Kolaborasi akting para pemain muda yang cukup solid, hingga kejutan-kejutan yang tak terduga menambah warna tersendiri dari series ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun