Mohon tunggu...
Aristyanto WW
Aristyanto WW Mohon Tunggu... Penulis - Think Tank

Think Tank

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gus Dur Kafir? Agama dan Beragama

20 Desember 2020   18:12 Diperbarui: 20 Desember 2020   18:20 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

by Raja Euy / Gus Ais /GA

Suatu hari ada santri ngadu ke Gus Dur. "Gus, ada yang bilang panjenengan itu kafir'. Dan dengan senyum dijawab enteng "Ya gak apa-apa dibilang kafir, tinggal ucapin dua kalimat syahadat lagi, sudah Islam lagi. Gitu Aja Kok Repot"

Sebenarnya yang bikin repot itu oknum tokoh/jamaah yang lebay, yang merasa ibadahnya yang paling baik dan benar dibanding orang lain. Sehingga merampas hak Tuhan bertindak berlebihan untuk menghukum orang yang sedang belajar ketemu Tuhannya.

Mereka sebenarnya lupa kalau Islam itu Rahmatan Lul Alamin, agama yang damai untuk semua. Islam itu agama yang penuh permakluman. Selain Al Qur'an dan Hadist ada 99 Asmaul Husna untuk memberikan ketenangan batin orang menjalankan kebaikan. Niatnya baik, mungkin karena ketidaktahuan terjadi kekilafan. 

Apabila itu persalahkan tanpa melihat niat baik akan membuat orang putus asa berbuat kebaikan. Sebaiknya yang demikian dilakukan pendekatan yang smart, friendly dan solutif.

Jangan karena terlalu lebay dalam beragama kita malah melecehkan dan tidak tahu Tuhan itu siapa. Sampai masalah yang kecil diributkan. Seperti marah karena di sosmed/chat menyingkat atau saltik. 

Padahal yang bacapun sudah tahu arti saltik atau singkatan itu. Misal tdk = tidak, hrs = harus, ilu = i love you, imu = i miss you, ass/aww = Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, ayra = Amin Ya Robal Alamin. Padahal saltik/singkatan itu hanya di sosmed/chat karena fungsi kepraktisan dan kecepatan saja. 

Dalam konteks resmi seperti membuat skripsi, makalah tentu itu tidak dilakukan. Dengan meributkan hal sepele seperti ini dan dikaitkan dengan kwalitas agama orang, kita seperti melecehkan Tuhan. Menuduh Tuhan seperti buta huruf, tidak tahu tata bahasa, hanya tahu bahasa tertentu. Bukankah belum dilakukan atau ditulispun Tuhan sudah tahu niatmu. Bukankah Tuhan maha mengetahui, maha mengerti, maha melihat, maha mendegar, dst ?

Islam itu agama yang mudah, bahwa "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" Nabipun pernah mendapatkan permakluman. Diperintahkan dalam sehari sholat 50 rekaat, karena tidak sanggup dijadikan 17 rekaat dalam 5 waktu sholat. Dimana dalam sekali waktu sholat diberikan 10 nilai pahala. Sehingga apabila muslim menjalan lengkap sholat 5 waktu, nilainya 50 pahala

Kemudahan memeluk Islam juga bisa dirasakan dalam menjalankan ritual beragama. Tidak bisa sholat berdiri dipersilahkan sholat sambil duduk. Tidak bisa berdiri dan duduk dipersilahkan sholat sambil tidur. Tidak bisa sholat tepat waktu dipersilahkan Qodho/Qashar. Tidak ada air untuk wudhu bisa diganti Tayamun. Tidak bisa puasa bisa diganti Fidyah. Saat haji tidak mampu berjalan, boleh ditandu. Bahkan dalam keadaan darurat dan tidak ada penggantinya yang diharamkan pun dapat dihalalkan, misalnya obat dan makanan. Dan masih banyak contoh kemudahan lainnya.

Jadi kalau Tuhan yang maha bijaksana, mengapa ada umatnya tidak belajar Apa Itu Agama dan Bagaimana Seharusnya Beragama

Jagakarsa 201212
AR RE BG MW GA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun