Mohon tunggu...
Rainerus Alva Jati Prasetyo
Rainerus Alva Jati Prasetyo Mohon Tunggu... Teknisi - Seorang Teknisi SAP yang mempunyai hobi menulis.

Menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bodoh tapi Manusia

25 April 2019   17:44 Diperbarui: 25 April 2019   17:55 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sore itu jalanan depan Jalan Gatot Subroto sangat padat. Orang berlalu-lalang keluar meninggalkan kantornya masing-masing. Tinggalah aku dan temanku duduk berdua saja di salah satu halte bus Trans Jakarta. Kami tidak menunggu bus seorang diri, banyak juga masyarakat lain yang dengan setia berdiri di sepanjang halte menunggu bus yang akan mengantar mereka ke rumah tiba.

"Lihat kawan, padat sekali jalanan sore ini, kendaraan pribadi di Jakarta seperti tidak ada habisnya." ujarku kepada sahabatku.

"Mau bagaimana lagi kawan, beginilah kota modern dengan manusia dan segala gengsinya." Balas temanku satu ini.

Aku dan temanku memang setia menaiki angkutan umum di ibu kota. Menurutku transportasi umum di Jakarta ini tidak bisa dibilang buruk, mungkin hanya perlu pembenahan lebih baik lagi saja, dan juga pengurangan kendaraan pribadi, menurutku akan membuat jalanan di Jakarta jadi sedikit lebih lengang.

"Aku paling benci melihat motor-motor yang tetap memaksa lewat di pinggir, bahkan ketika mereka tahu di depannya ada halte, bodoh sekali." aku menggerutu tidak betah melihat semrawutnya kendaraan roda dua di ibukota ini.

Seolah mengamini perkataanku tadi, sebuah motor melaju dengan cepat di sisi kiri dekat dengan halte, dan bus yang berhenti hendak menaik-turunkan penumpang di halte tersebut, membuka pintunya. Tanpa bisa dihindari tabrakanpun terjadi. Sang pengendara motor yang bernasib sial itu terjatuh dari motornya. Kejadian tersebut membuat panik para calon penumpang di sekitar halte tersebut. Temanku dengan sigap, langsung bergerak ke arah sang pengendara motor dan menolongnya, mengangkatnya ke pinggir jalan.

"Malas sekali aku menolong orang tak tahu aturan semacam itu." aku menggerutu pada temanku.

"Tidak apa, kasihan.." Balas temanku seraya tersenyum.

"Ini nih, yang bikin orang bodoh nggak pernah mau belajar, kasihan, kasihan aja terus, sampai yang nolong merekapun jadi nampak bodoh." aku melanjutkan perkataanku tadi.

"Tidak apa, kalau aku jadi terlihat bodoh, asalkan aku tetap manusia, dan aku juga berharap semoga mereka yang pernah kutolong, mau belajar dan jadi manusia lebih baik."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun