Mohon tunggu...
Rahmawati Taufik
Rahmawati Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Dinas Pendidikan Kab. Dharmasraya

Hobi Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harapan dalam Ketidakpastian

9 November 2022   15:04 Diperbarui: 22 November 2022   12:39 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harapan Dalam Ketidakpastian

Oleh : Rahmawati Taufik

Hari ini adalah hari terakhirar sekolah karena hari ini pembagian lapor kenaikan kelas. Jika Zikra  juara I di kelas, Zikra  dijanjikan paman  berlibur ke  rumahnya di kota Padang.

"Kring.. kring.. kring" suara bel sekolah berbunyi, pertanda pembagian lapor akan segera dimulai. Hati Zikra cemas tak karuan, jantungnya  berdebar-debar, pikirannya gunda gulana. Apakah juara I masih bisa  dipertahankan ataukah akan beralih pada teman-temannya.

Dengan perasan bergemuruh Zikra  melangkahkan kaki ke lapangan upacara, tak sabar rasa hatinya menunggu pengumuman sang juara itu dibacakan. Semua barisan disiapkan oleh masing-masing ketua kelas. Perasaannya semakin tak menentu, detak jantung semakin tidak beraturan. Terlintas dihati kalau syarat berlibur ke padang tidak terpenuhi. Akhirnya pengumuman juara kelas dimulai. Tak henti-hentinya Zikra berdoa kepada Allah SWT. Agar Ia  kembali meraih juara I di kelasnya.

Satu persatu juara kelas dibacakan. Sampai pada giliran kelas Zikra. Hati Zikra semakin tak karuan. Bagai disambar petir, mendengar namanya  disebut pak guru meraih juara I. Dengan rasa syukur dihati dan ucapan alhamdulillah kepada Allah Swt.  Zikra  melangkahkan kaki kedepan dengan pasti dan  penuh kegembiraan. Kegelisahan  hati Zikra lenyap sudah, jantungnya pun  tidak lagi berdenyut kencang. Terbayang sudah Zikra  berlibur ke rumah paman di kota Padang.

Liburan sekolah telah tiba. Zikra  ingat janji pamannya waktu ia datang kerumah. Satu hari, dua hari sampai tiga hari Zikra  menunggu kedatang paman, untuk menjemput Zikra pergi libur ke Padang. Tapi tak juga kunjung datang.

Ayah dan ibu  Zikra pun sibuk bekerja di ladang sehingga tak bisa mengantar Zikra  ke rumah paman. Kata ayah, "mungkin paman sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya untuk menjemput Zikra." Ibu pun berkata," paman sebetulnya hanya untuk memotivasi Zikra, biar Zikra selalu bisa mempertahankan juara I di kelas." Walaupun begitu kata ayah ibunya, Zikra tetap berharap pamannya akan datang.

Zikra bingung dalam ketidak pastian menunggu kedatangan paman. Sedih dan kesal berbaur menjadi kekecewaan atas janji paman yang mungkir untuk menjemput Zikra pergi libur  ke rumahnya di kota Padang.

Hari berganti hari, waktu liburpun telah usai. harapan paman akan datang lenyap sudah dengan dimulainya sekolah di kelas baru. Zikra berprasangka baik saja seperti yang dikatakan ayah dan ibu. Mungkin paman sibuk dengan pekerjaannya yang tidak bisa ia tinggalkan atau mungkin ucapan paman hanya sebatas motivasi supaya Zikra selalu meraih prestasi. Mudah-mudahan ketidak datangn paman bukan karena sakit. Zikra pun berdoa semoga paman selalu dalam keadaan sehat dan suatu hari mengajak Zikra lagi untuk berlibur ke kota Padang.

Zikra Kembali bersekolah di kelas yang lebih tinggi. Belajar.., belajar.. dan selalu belajar. Dengan tekad untuk selalu berprestsi tampa janji-janji paman yang tak pasti. Suatu saat nanti Zikra akan membuktikan segudang prestasi pada paman yang jauh di mata namun dekat di hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun