Mohon tunggu...
Rahmatullah Usman
Rahmatullah Usman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar Di Jakfi Nusantara

Membacalah dan Menulis, engkau akan menemukan diriMu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bagaimana Bertauhid Sekaligus Menjadi Umat Modern

20 Oktober 2021   10:18 Diperbarui: 20 Oktober 2021   16:39 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Cak Nur menjadi selebriti intelaktual pada periode tahun 1960-an,  ketika ia menulis makalah yang cukup panjang tentang "Modernisasi Ialah Rasionalisasi Bukan Westernisasi". Bagi Cak Nur,  modernisasi suatu keharusan zaman dalam pengertiannya rasionalisasi.

Modernisasi dalam pengertian Cak Nur,  yang identik, atau hampir identik, dengan pengertian rasionalisasi. Dan hal itu berarti proses perombakan pola berpikir dan tata kerja lama yang tidak akliah (rasional), dan menggantikannya dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang akliah.

Oleh karena itu, daya rasional manusia sebagai kinerja modernitas, yang bersandar pada ilmu pengetahuan untuk memahami hukum-hukum alam.

Lebih jauh Cak Nur mengatakan "pemahaman manusia terhadap hukum-hukum alam melahirkan ilmu pengetahuan, sehingga modern berarti ilmiah. Dan ilmu pengetahuan diperoleh manusia melalui akalnya (rasionalnya), sehingga modern berarti ilmiah, berarti pula rasional", Modernisasi Ialah Rasionalisasi Bukan Westernisasi.

Ia dengan gigih menolak westernisasi dan sekularisme, sehingga tulisan tersebut diperuntukan untuk menjelaskan modernitas, ketika itu umat Islam dan mahasiswa Islam beramai-ramai menghalangi modernisasi.

"malahan terkesan pula, benar-tidaknya terserah kepada sumber-sumber tulisan dan percakapan tersebut, seakan-akan golongan yang akan menghalangi modernisasi itu ialah umat Islam, termasuk para mahasiswa Islam", tulis Cak Nur dalam Modernisasi Ialah Rasionalisasi Bukan Westernisasi.

Penolakan umat  pada modernisasi disebabkan disusupi paradigma tentang modernisasi  mengakibatkan westernisasi yang diproduksi oleh Barat. Sehingga, ada ketakutan bahwa umat islam akan berperilaku selayaknya budaya Barat yang tidak bersesuaian dengan ajaran Islam.
Cak Nur cukup piawai menjelaskan modernisasi dengan daya guna akal manusia yang berpikir, yang akan  menempuh kebahagiaan manusia dalam membangun peradabannya.

Bahkan lebih fundamental lagi, ketika ia mengatakan "adalah perintah Tuhan yang imperatif dan mendasar. Modernisasi berarti berpikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnahtullah (hukum ilahi) yang haq (sebab, alam adalah haq)".

Sebagaimana dikatakannya, Cak Nur memformulasikan pandangan dunia Tauhid sebagai dasar ilmu pengetahuan, agar manusia dapat menemukan hukum-hukum alam yang sesuai dengan kerja kemanusiaan (fitrah). Ia tidak mengambil jarak antara ilmu pengetahuan dan keimanan seperti cita-cita "Renaisans" yang membelenggu Tuhan dalam produksi ilmu pengetahuan.

Sehingga modern bagi Cak Nur adalah bertauhid yang menjalankan  perintah Tuhan (imperatif), menggunakan daya akal berpikir untuk menemukan sunnatullah. Oleh Karena itu, Cak Nur dengan tegas menolak rasionalisme yang diamikan oleh produk Barat.

Karena Barat, dengan sejarah yang panjang dalam belenggu teosentrisme mengalami kelelahan dan keterpurukan, frustasi yang akut, berhadap-hadapan ilmu pengetahuan dan agama. Dengan demikian, kemandirian berpikir manusia direnggut oleh otoritas paham teosentrisme.

Maka dimulailah  cita-cita renaisans dengan sekularismenya. Manusia sebagai pusat kebenaran dengan otoritas ilmu pengetahuannya, sehingga, kebenaran bukan lagi kepada Tuhan. Oleh karena itu, Cak Nur mengatakan "ateisme adalah puncak sekularisme. Sekularisme itulah sebagai sumber segala imoralitas", Modernisasi Ialah Rasionalisasi Bukan Westernisasi.

Karena Tauhid sebagai dasar modernisasi, sehingga Cak Nur dalam memahaminya sebagai pelaksanaan perintah  ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Perintah itulah dalam fitrah manusia sebagai imperatif primordial.

Karena zaman sifatnya mengalami perubahan, disamping itu perkembanagan ilmu pengetahuan akan terus maju dengan penelitian-penelitian yang ada, maka perlu bagi umat Islam dalam memahami hukum-hukum alam serta bertindak memajukan zamannya.

Mari kita lihat apa yang diuraikan Cak Nur "sedangkan ilmu pengetahuan, tidak lain ialah hasil pemahaman manusia terhdap hukum-hukum objektif yang menguasai alam, ideal dan material, sehingga alam ini berjalan menurut kepastian tertentu dan harmonis", Modernisasi Ialah Rasionalisasi Bukan Westernisasi.

Baginya orang yang bertindak menurut ilmu pengetahuan (ilmiah) berarti bertindak menurut hukum yang berlaku. Sementara itu, pemikiran materialisme mempopulerkan bahwa sifat alamiah alam ini karena disebabkan oleh hukum kontradiksi, Yang bersifat pertentangan internal pada materi.

Sebuah pemikiran yang cukup sulit diterima oleh akal pikiran manusia tapi, bukan tempatnya untuk dibahas dengan lugas disini.

Bagai Cak Nur, perintah menggunakan akal pikiran manusia merupakan kesepaduan pandangan dunia Tauhid, karena menolak modernisasi (dalam pengertian Cak Nur) manusia akan mengalami kemunduran peradaban dan menghambat gerak maju pemikiran.

" karena adanya perintah untuk mempergunakan akal-pikiran  (rasio) itu, Allah melarang segala sesuatu yang menghambat perkembangan pemikiran, yaitu terutama berupa pewarisan membuta terhdap tradisi-tradisi lama, yang merupakan cara berpikir dan tata kerja generasi sebelumnya", Modernisasi Ialah Rasionalisasi Bukan Westernisasi.

Jadi, umat Islam diperintahkan untuk menjadi modern (dalam pengertian Cak Nur). Karena modern adalah perintah Tuhan, maka untuk menjadi modern merupakan " fardu kifayah". Karena bagi Cak Nur hukum-hukum ilahi sebagai sistem yang menjalankan alam ini sehingga tertata sedemikian rupa, manusia memiliki tugas untuk menemukan hukum tersebut.

Manusia modern dalam pemikiran Cak Nur adalah  tanggung jawab insani, yang memiliki nilai trasendental. Disisi lain, nilai-nilai tersebut sebagai pengejawantahan perilaku manusia pada hukum alam. Alam adalah tempat manusia beribadah, beramal dan mempersiapkan diri untuk kembali (maad) kepada Allah.

Yang menarik bagi Cak Nur, ketika ia menguraikan bagaimana ukuran manusia itu sebagai modern. Dikatakannya "sunnatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam hukum alam, sehingga untuk dapat menjadi modern, manusia harus mengerti  terlebih dahulu hukum yang berlaku dalam alam itu (perintah Tuhan)", Modernisasi Ialah Rasionalisasi Bukan Westernisasi.

Penegasan Cak Nur dalam modernitas sebagai upaya agar umat Islam tidak buru-buru menolak modernitas yang menghampiri bangsa Indonesia khusunya umat Islam pada tahun 1960-an.

Umat Islam terlalu khawatir terhadap modernitas dengan  asumsi bahwa itu produk Barat. Kekuatiran tersebut muncul karena faktor yang menjauhkan diri pada ilmu pengetahuan, namun keimanannya begitu kuat pada ajaran agama.

Mungkin dalam pengertiannya bisa dipahami, kekhawatiran  itu sebagai fakta saat ini. Di era digitalisasi, manusia diprogram sedemikian rupa oleh alat elektronik dan media sosial, saya tak perlu  menjelaskannya lebih jauh masalah ini. Kita bisa melihatnya secara langsung.

Ada ketidaksiapan kita secara pemikiran untuk menerima era digitalisasi, karena imbasnya, kita bisa kehilangan budaya dan moral. Oleh karena itu, perlu kembali mendalami modernisasi yang diuraikan Cak Nur. Mari kita lihat apa yang dijelaskannya sebagai penutup tulisan ini.

"kita sepenuhnya berpendapat bahwa modernisasi ialah rasionalisasi yang ditopang oleh dimensi-dimensi moral, dengan beranjak pada prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa", baca Modernisasi Ialah Rasionalisasi Bukan Westernisasi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun