Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Pemilik www.omah1001.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Kata dan Ingatan saya sebagian ditulis di www.omah1001.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ide dan Cinta dari Secangkir Kopi

19 Mei 2015   11:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi. Siapa yang bisa menolak bahwa dari minuman hitam inilah lahir banyak karya, paling tidak sebuah cerpen menginspirasi, sebuah film yang sarat renungan, Filosofi Kopi. Kopi seolah memiliki daya magic menggerakan seluruh sel otak, memantik inspirasi dan melahirkan banyak kreasi. Saya menduga, banyak syair lagu, puisi, tulisan dan buku-buku lahir karena kesetiaan secangkir kopi sebagai teman penulisnya, ketika pagi, menjelang senja atau saat dingin malam yang senyap.

Secangkir kopi, adalah cara lain mencintai Indonesia. Nescafe menunjukkan itu, ada cita-cita dan kerja besar untuk mengenalkan Lampung, sebagai salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia. Tak hanya menyediakan hadiah uang, tapi juga menyediakan tiket trip and visit ke pabrik Nescafe di Lampung, berkeliling ke beberapa perkebunan kopi, sebuah cara cerdas mengedukasi dan mempromosikan kopi Indonesia.

Kopi bukan hanya soal pilihan gaya hidup, toh banyak resto dan cafe-cafe besar di pusat keramaian menyajikan kopi secara serampangan, tak paham rasa, selera dan interest. Saya pribadi tak menarik meminum kopi yang disajikan dengan air yang kadar panasnya tidak maksimal, tak kental dan disajikan tanpa taste yang jelas.  Kopi yang disajikan justeru akan melahirkan paradoks, kesal dan mules.

Secangkir kopi, berisi ide dan cinta. Di pekat hitamnya, ada sejuta kata yang bisa diikat dan diberi makna, ada cinta yang tak terkungkung cangkir penyajiannya.  Penikmat kopi, tak perlu bertanya, kenapa menyajikan kopi dengan cangkir bukan gelas, kenapa harus berbahan keramik bukan plastik, kaca atau alumunium, kenapa cukup secangkir kecil bukan seteko besar? Karena semuanya memiliki makna.

Secangkir kopi adalah feel dan emosi. Suatu ketika, akhir tahun 2014 yang lalu, saat usai traveling bersama kawan-kawan fotografer Lampung ke Pesisir Barat, dalam perjalanan pulang membelah Bukit Barisan, kami beristirahat sejenak di Liwa, Kabupaten Lampung Barat, bertemu rombongan beberapa gadis cantik, berkenalan dan jepret-jepret, selesai. Kemudian salah seorang dari mereka, mengajak kami singgah di rumahnya.

Respon kami yang spontan adalah, “Wow, ada kopi Luwak kan?” Lampung Barat memang terkenal dengan produksi kopinya termasuk Kopi Luwak, jadi tak heran kopi adalah hal yang biasa diperbincangkan, bagi pecinta kopi di Lampung, membincang Lampung Barat adalah membicang kopi.

Singkat cerita, enam cangkir kopi luwak tersaji. Kami menikmatinya bersama sepiring singkong rebus. Ketika hendak beranjak pamit, seorang kawan nyeletuk, “ada yang bisa dibawa pulang enggak bu?”

Dengan senyum ramah, Ibu si gadis menjelaskan bahwa dalam setahun mereka belum tentu bisa mendapatkan 1Kg Kopi Luwak. Tentu saja, kami kaget, mengingat betapa mudah orang menjual Kopi Luwak dalam jumlah besar, sedangkan petani untuk mendapatkan 1kg saja dalam setahun, sangat susah. Belakangan, kami tahu petani mendapatkannya dengan proses alami, membiarkan Luwak liar, memilih biji kopi yang benar-benar tua dan disukai, sedangkan pengusaha kopi memilihkan biji kopi untuk Luwak yang dipelihara, hasilnya jelas lebih banyak tapi kurang sedap.

Rasa, emosi dan cinta memang tidak pernah menipu. Persahabatan yang dibangun dalam sekejap, mengajarkan banyak hal tentang pentingnya proses, ketulusan dan cinta, hasilnya adalah enam cangkir kopi yang nikmatnya luar biasa. Enam cangkir kopi bersama seorang gadis cantik, yang menjadi perbincangan sepanjang jalan menuju Kota Metro, tentu saja juga sesekali menyebut orang tuanya yang baik hati, karena rela menyajikan Kopi Luwak yang diperolehnya dengan sabar dan harus menunggu selama setahun.

Secangkir kopi, akan selalu menjadi cerita menarik, bagi yang mampu menikmatinya dengan baik, menangkap setiap makna di setiap tegukan.

Secangkir kopi adalah cara bagaimana berterimakasih kepada alam, yang melahirkan sikap cinta untuk merawat alam.

Secangkir kopi yang nikmat, selalu mengajarkan proses dan kesabaran, bahwa sukses dan kenikmatan hidup tak serta merta bisa dicapai dengan cara-cara instan.

Secangkir kopi, mengajarkan banyak tahapan sebelum tersaji di atas meja.

Secangkir kopi yang nikmat diperoleh dari air yang bersih dan higienis, dipanaskan secara maksimal, biji kopi pilihan, diaduk secara merata, diwadahi dengan wadah yang pas.

Secangkir kopi adalah bagaimama cara hidup dengan penuh cinta, sabar, dan berbagi.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun