Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Susah Tapi Masih Boros

4 Desember 2022   07:39 Diperbarui: 4 Desember 2022   07:44 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dibandingkan dengan jumlah kelahiran bayi pertahun, atau peningkatan populasi manusia, mungkin produksi pabrikan itu jauh melampauinya. Lalu untuk apa prinsip nol fungsi dipertahankan?

Termasuk saya, banyak orang identik belanja pakaian dalam rangka menyambut hari-hari besar yang diperingati banyak orang. Tapi pakaian yang dimaksud bukan pakaian harian.

Pakaian harian pasti berbeda dengan pakaian "formal", lalu mengapa pakaian formal yang dipakai untuk harian belum bisa dibiasakan? Kenapa juga pakaian harian masih dianggap yang penting pake baju, nutup aurat, padahal ketika ada tamu, ada orang yang terhormat, kita buru-buru ganti pakaian yang kita anggap layak, pantas?

Survei yang dilakukan oleh OnePoll dan Blue Diamond Almonds mengungkap ada empat dari 10 pencinta makanan yang rela menghabiskan $ 51 (Rp 725 ribu) per minggu untuk beli jajanan. Jika dirata-rata, foodies menghabiskan sekitar $ 3.300 (Rp 46,9 juta) dalam setahun. ( food.detik.com/info-kuliner )

Kebiasaan jajan tidak hanya pada orang usia anak dan remaja tapi juga pada orang usia dewasa, bahkan orang usia lanjut. Bukan hanya jajan, juga belanja pakaian yang didorong oleh bukan semata-mata kebutuhan pokok.

Kita akan jajan jika sering kumpul, baik dengan tetangga, organisasi, atau pada sesama hobi. Mau tidak mau akan ada gilirannya mentraktir atau pengeluaran  jajan dengan alasan apapun di luar tujuan berkumpul/bersosialisasi.

Terpaksa atau tidak, akan ada saja usulan pengadaan baju, seragam untuk tampil dalam rangka acara peringatan agama maupun nasional. Yang barang tentu bukan sebagai pakaian harian dan padahal, seragam yang ada masih bagus, layak pakai.

Lain lagi per-individu,  ada yang tidak nyaman dalam pikirannya jika harus berfoto bersama namun mengenakan pakaian yang sama dengan foto bersama sebelumnya, padahal bersama dengan orang yang berbeda.

Beli pakaian baru biasanya selain karena perayaan hari-hari besar, juga karena adanya istilah fast fashion. Dalam hal ini, kita sering tergiur  mode dengan harga murah.

Berdasarkan laporan tahun 2017 dari Ellen MacArthur Foundation, terungkap lebih dari 50 persen pakaian fast fashion dibuang satu tahun setelah diproduksi.

"Secara keseluruhan, industri fesyen adalah salah satu sektor yang paling merusak lingkungan dalam ekonomi global, menggunakan energi dan air yang sangat besar serta mencemari planet kita," kata Erin Wallace, vice president of integrated marketing di ThredUp, sebuah situs yang menjual pakaian bekas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun