Ekonomi Modern Era Gen Z: Dari Tahun 2004 Sampai 2025Oleh: Agnes, Pengamat Ekonomi DigitalDi tengah hiruk-pikuk era digital yang semakin pesat, Generasi Z (Gen Z) -- yang lahir antara 1997 hingga 2012 -- telah menjadi penggerak utama transformasi ekonomi modern. Mereka tumbuh bersama smartphone, media sosial, dan platform e-commerce, menjadikan ekonomi bukan lagi sekadar transaksi fisik, tapi ekosistem digital yang fleksibel dan inovatif. Artikel ini menelusuri perjalanan ekonomi modern Indonesia dari 2004 hingga 2025, dengan fokus pada bagaimana Gen Z membentuknya melalui digitalisasi, konsumsi cerdas, dan inovasi berkelanjutan. Data menunjukkan bahwa periode ini ditandai oleh pertumbuhan PDB yang stabil, meski diwarnai tantangan global seperti pandemi dan ketidakpastian geopolitik.Awal Era Digital: 2004-2010, Fondasi Ekonomi DigitalPada awal 2000-an, Indonesia masih bergulat dengan pemulihan pasca-krisis moneter 1998. Tahun 2004, PDB Indonesia mencapai Rp1.299 triliun dengan pertumbuhan 5,03% (yoy), didorong oleh sektor manufaktur dan ekspor komoditas seperti minyak sawit dan batubara . Inflasi terkendali di 3,63%, dan pemerintah di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mulai mendorong liberalisasi ekonomi melalui Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.Gen Z, yang saat itu masih anak-anak, mulai terpapar teknologi dasar seperti internet dial-up dan ponsel murah. Ekonomi modern mulai bergeser dari tradisional ke digital: munculnya bank online pertama dan e-commerce awal seperti Tokobagus (sekarang OLX). Pertumbuhan PDB naik menjadi 6,22% pada 2010, dengan kontribusi sektor keuangan mencapai 4,81% . Namun, akses internet masih terbatas, hanya 10-20% populasi, membatasi dampak Gen Z yang belum memasuki usia produktif.Masa Transisi: 2011-2019, Kebangkitan Gen Z sebagai Konsumen DigitalDekade 2010-an menjadi titik balik, di mana Gen Z memasuki remaja dan mulai memengaruhi pola konsumsi. Pertumbuhan ekonomi stabil di kisaran 5-6%, dengan puncak 6,49% pada 2011 berkat investasi infrastruktur dan harga komoditas tinggi . PDB melonjak dari Rp2.229,5 triliun (2011) menjadi Rp2.894,1 triliun (2017), didukung ekspor dan konsumsi domestik.Di era ini, digitalisasi meledak. Penetrasi internet mencapai 64% pada 2019, dan Gen Z -- yang kini berusia 7-22 tahun -- menjadi pengguna utama. Mereka mendorong ekonomi gig (seperti Gojek, diluncurkan 2010) dan e-commerce (Shopee, 2015). Menurut studi, digitalisasi meningkatkan sifat konsumtif Gen Z, tapi juga efisiensi keuangan melalui aplikasi seperti OVO dan Dana . Perbedaan ekonomi dengan generasi sebelumnya terlihat: Gen Z kesulitan beli rumah karena harga properti naik, tapi memanfaatkan investasi online dan e-wallet untuk dana darurat .Pemerintah Jokowi (sejak 2014) mempercepat transformasi dengan program Making Indonesia 4.0, fokus pada industri digital dan hilirisasi mineral. Ekonomi kreatif tumbuh, dengan Gen Z berperan di fintech syariah dan fashion halal . Tantangan muncul pada 2018-2019: taper tantrum dan perang dagang AS-China menekan rupiah, tapi inflasi tetap rendah di 3-4%.Krisis dan Adaptasi: 2020-2023, Gen Z di Tengah PandemiPandemi COVID-19 mengguncang ekonomi global, tapi Indonesia menunjukkan ketahanan. Pertumbuhan PDB anjlok -4,19% pada Q2 2020, terendah sepanjang sejarah modern, akibat lockdown dan penurunan ekspor . Namun, pemulihan cepat: 5,05% pada Q3 2020, didukung stimulus fiskal Rp700 triliun dan bansos.Gen Z, kini usia 8-26 tahun, menjadi penyelamat melalui adaptasi digital. Mereka beralih ke belanja online, dengan e-commerce tumbuh 30% tahunan. Studi menunjukkan Gen Z mengedepankan efisiensi dan keberlanjutan dalam keuangan, memanfaatkan platform seperti Bibit untuk investasi saham dan reksa dana . Ekonomi moneter bertransformasi: uang digital seperti QRIS (2020) dan CBDC (uji coba 2022) disesuaikan dengan gaya hidup Gen Z yang cashless .Pada 2023, pertumbuhan mencapai 5,05%, dengan konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama (54,5% PDB). Gen Z aktif di inovasi pemasaran digital, memengaruhi pasar melalui TikTok Shop dan konten creator . Tantangan sosial-ekonomi seperti PHK di industri tekstil diatasi dengan skill digital, meski pengangguran muda tetap tinggi di 13-15%.Prospek Masa Depan: 2024-2025, Gen Z sebagai Penggerak Ekonomi BerkelanjutanMemasuki 2025, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,0-5,1%, meski melambat dari 5,03% pada 2024 akibat ketidakpastian global seperti pemilu AS dan pelemahan permintaan China . Q1 2025 mencatat 4,87% (yoy), didukung konsumsi 4,89% dan investasi 2,12%, tapi belanja pemerintah turun -1,38% karena penghematan . Surplus APBN Rp4,3 triliun menunjukkan pengelolaan prudent.Gen Z, kini usia 13-28 tahun dan memasuki pasar kerja, mendominasi. Mereka prioritaskan proteksi finansial seperti asuransi jiwa dan kesehatan untuk lindungi aset dari risiko . Di Kompasiana, diskusi tentang pajak kripto dan ekonomi digital menyoroti peran Gen Z dalam desentralisasi teknologi . Proyeksi World Bank: pertumbuhan 5,1% pada 2025, didorong reformasi digital dan investasi strategis .Tantangan utama: kesenjangan digital dan daya beli lemah, dengan konsumsi rumah tangga tumbuh lebih rendah dari PDB . Gen Z menangani ini melalui wirausaha berkelanjutan, seperti UMKM phygital (fisik-digital) dan ekonomi hijau.Kesimpulan: Gen Z, Masa Depan Ekonomi InklusifDari 2004 hingga 2025, ekonomi modern Indonesia berevolusi dari ketergantungan komoditas ke ekosistem digital yang dipimpin Gen Z. Pertumbuhan kumulatif mencapai rata-rata 5% per tahun, dengan PDB mendekati US$1,4 triliun pada 2025 . Gen Z bukan hanya konsumen, tapi inovator yang menekankan efisiensi, keberlanjutan, dan inklusi. Untuk masa depan lebih cerah, diperlukan kebijakan yang mendukung literasi keuangan dan akses teknologi bagi semua generasi.Artikel ini disusun berdasarkan data terkini hingga Oktober 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI