Artikel berjudul "Belajar dari Nepal: Demokrasi yang Berdarah" yang ditulis oleh Study Rizal L. Kontu selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan pancasila memberikan pemahaman detail tentang krisis politik dan sosial yang melanda Nepal pada bulan September 2025. Artikel ini memberikan deskripsi kronologis, namun publikasi ini juga menawarkan refelksi kritis tentang signifikansi demokrasi, komunikasi politik, dan konsekwensi lebih jauh ketika negara menempanya pandangan rakyatnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai akademisi dalam bidang filsafat, dakwah, dan civic education, author dari artikel ini menawarkan pemahaman holistik dan relevan untuk konteks global, termasuk Indonesia.
Berawal dari sebuah artikel yang menggambarkan situasi di Kathmandu, yang telah lepas kendali setelah demonstrasi besar-besaran dipicu oleh larangan pemerintah terhadap beberapa platform media sosial, kebijakan digital para politisi hanya beberapa hari lagi menjadi simbol penindasan kebebasan berekspresi. Masyarakat Nepal, terutama kaum muda, menganggap larangan tersebut sebagai upaya pihak berwenang untuk membungkam kritik dan menutup ruang bagi debat politik. Kerusuhan di jalanan meningkat menjadi pembantaian setelah pasukan keamanan merespons dengan kekerasan, termasuk gas air mata, peluru karet, dan bahkan senjata api, yang menewaskan banyak orang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI