Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Rasa dari Ilmu Pengetahuan

14 Januari 2023   19:21 Diperbarui: 14 Januari 2023   19:33 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 


Ilmu Pengetahuan Sebagai Pengendali


Ada hal lain selain karena terjawabnya beberapa pertanyaan yang membuat bahagia, perasaan bahwa dengan adanya ilmu pengetahuan dapat menjadi kendali atas berbagai hal patut juga menjadi alasan bagi perasaan bahagia karena telah mendapat ilmu. 

Perasaan memiliki kendali dan kekuatan dari kelemahan dan ketakutan karena tidak tahu adalah sumber kebahagiaan mendapat ilmu.


"Knowladge is Power", kata filsuf Inggris ternama Francis Bacon.


Mungkin ada ketakutan diantara kita yang beranggapan bahwa semakin ilmu pengetahuan dieksploitasi maka akan semakin merusak dampaknya, contohlah seperti bom atom di Hirosima dan Nagasaki. 

Kerusakan yang mematikan akibat adanya ilmu pengetahuan membuat pepatah "keingintahuan membunuhmu" jadi semakin benar di mata beberapa orang.


Tetapi ada hal yang perlu kita sadari mengenai nilai dan moral yang menjadi penyeimbang kerusakan atas ilmu pengetahuan ini. Disamping kita harus mematuhi nilai-nilai tersebut, tetapi tidak membuat nilai itu menjadi penghalang bagi kita untuk mengetahui banyak hal. 

Jika keingintahuan memang membunuhmu maka ketidatahuan menyiksamu dengan mengulitimu hidup-hidup, menyayatmu sedikit demi sedikit lalu menunggumu sembuh agar bisa disayat lagi.


Nilai Akademis Menghambat Rasa Akan Ilmu Pengetahuan


Kita tahu bahwa nilai yang ada di rapor atau tertulis di IPK kita sering kali dianggap menggambarkan seberapa pintar atau seberapa mendapat ilmu seseorang. 

Memang di satu sisi adanya penilaian ada untuk mengukur setiap peserta didik, mempermudah lembaga pendidikan untuk melihat dan mengatur setiap potensi peserta didiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun