Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku: Akar Kekerasan Karya Erich Fromm

21 Agustus 2022   20:57 Diperbarui: 21 Agustus 2022   20:58 2133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bab 3 Fromm menjelaskan bagaimana perbedaan orientasi antara dua teori yang bersebrangan sebelumnya yaitu instingtifiseme yang mengandalkan faktor internal dan behaviorisme yang mengandalkan faktor internal.

 Perselisihan antara keduanya mungkin didasari banyak faktor selain fanatisme mereka terhadap keilmuannya seperti konflik sosial-politik antar kapitalisme yang banyak dianut negara barat.


Dan pada bab 4 yang jadi akhir bagian pertama, Fromm menjelaskan bagaimana psikoanalisis yang telah diperbaharuinya imbang pada faktor eksternal (behavioris) maupun internal (instingtifis). 

Walaupun teori psikoanalisis ortodoks dari Freud masih mengandung kelemahan-kelemahan dari dua teori tersebut, Freud memberikan kunci bagi dorongan non-nurani dan interaksi dari luar yang membentuk karakter seseorang dan menghasilkan perilaku agresi. 

Teori psikoanalisis baru dari Adolf Meyer, Harry Stack Sullivan, Frieda Fromm-Reichmann, Theodore Lidz, dan R.D. Laing mengembangkan teori Freud ini menjadi lebih menjanjikan.

Bukti yang Menentang Tesis Instingtifis


Dalam bagian kedua buku ini, Fromm walau seorang psikoanalisis namun mempertegas bahwa kedestruktifan bukan berasal dari dorongan sejak manusia dilahirkan.

Dalam memperkuat pendapatnya tersebut,  Fromm mengemukakan bukti dari bidang neurofisologi, psikologi binatang, palaentologi, dan antropologi.


Pada bab 5 kita dijelaskan mengenai pendekatan neurofisologi. Walaupun masalah psikologi belum bisa dipecahkan secara menyeluruh melalui pendekatan neurofisiologi, namun dapat memberi petunjuk guna memahami agresi khususnya yang defensif. 

Bukti neurofiologi membuktikan bahwa ada wilayah pengaktif agresi di otak bernama Amigdala dan wilayah penonaktifnya bernama nuklei ventromedial di hipotalamus.


   Melalui pendekatan neurofisiologis, agresi yang berasal dari beberapa sistem otak tersebut berguna untuk defensif dan penyelamatan diri. Kondisi seperti "keberjejalan" dan rusak nya struktur sosial kelompok dapat memicu agresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun