Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis: Love, Sick, and Girl

1 November 2020   20:20 Diperbarui: 1 November 2020   20:24 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/gerardom

Dalam posisi melingkar Bursh mengingatkan kembali para ikhwan mistis "Ingat kamerad semua, tujuan kita ikut aksi ini tidak lain adalah sebagai bentuk kecintaan kita terhadap bangsa ini. Tidak lebih hanya karena ini. Cinta kamerad, ialah yang mempersatukan kita, cinta yang membuat kita peduli dan mau bersikap aktif demi kemajuan bangsa, sebuah keniscayaan yang tak terhingga dari cinta, maka kita harus menjaga dan merawat apa yang kita cintai itu, pertahankan dengan bijak, jaga dari segala marabahaya. Sekali lagi, ini karena kita cinta, ingatlah kamerad"

Selepas itu mereka masuk ke barisan tengah massa aksi yang sudah sangat padat. Pagi itu massa aksi sudah berorasi, suara mereka lantang mengkritik kebijakan yang dianggap salah, mereka tak gentar melawan meskipun moncong senapan laras panjang tepat mengarah ke depan muka mereka. 

Massa aksi tegap menyuarakan pendapat sambil melawan getirnya mobil lapis baja yang sewaktu-waktu mungkin akan menghantam tubuh mereka. Massa aksi juga menahan rasa panas teriknya matahari sambil terus menyuarakan keresahan sambil di saat yang bersamaan mereka harus menghalau rasa takut dari pengapnya gas air mata yang bisa melukai dan mengganggu kenyamanannya.

Tak terasa teriknya sengatan cahaya matahari kini mulai terganti rona langit senja yang indah namun tetap terasa membara karena massa aksi masih juga mengobarkan semangat perlawanan terhadap kezaliman. Pada situasi ini para ikhwan mistis agak mundur ke barisan belakang guna mengistirahatkan diri, akan tetapi tidak begitu dengan Izal dan Ivan. 

Meskipun seluruh massa aksi ikhwan mistis sudah berada di barisan belakang, Izal dan Ivan bukan masih berada di barisan depan, tetapi menyamping ke sayap kiri barisan mendekati beberapa akhwat yang sedang berteduh di bawah pohon sambil membeli minuman dari penjual es teh.

"Banyak akhwat Van nih, cantik-cantik lagi" Ujar Izal sambil terkekeh.

"Asli, banyak akhwat yang tipenya nggak ada di kampus kita"

"Nah tuh di kiri banyak yang lagi jajan, samperin kuy!"

"Kuy ah, mumpung kita emang lagi disuruh mundur, tapi ya nyamping juga boleh kan ya" Tukasnya dengan menyeringai.

Saat sampai, Ivan dan Izal dengan ajaib dan efek magisnya dapat masuk ke dalam percakapan para akhwat tersebut.

"Katanya sih sampe malem teh, kemarin kita ikut rapat soalnya, hehehe"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun