Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kembang Tak Berkembang

5 Januari 2020   19:34 Diperbarui: 5 Januari 2020   19:38 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: wallpapermaiden.com

"Jawab bodoh, jangan diam saja!"

Anak itu tertunduk dan gemetar, lalu tak lama ia menangis sambil memanggil-manggil ibunya

"Sepertinya ia idiot, liat saja kelakuannya" Seru seorang warga.

Tak lama setelah itu warga kemudian mengantarkan anak itu pulang. Di perjalanan anak itu tetap menangis dan merengek. Warga yang mengantarkannya pun dibuat jengkel dan harus menahan kesal. Saat tiba di rumahnya ibunya langsung datang dengan berlari.

"Gusti, ada apa ini?" Tanyanya terkaget

"Anak ibu mengotori rumah haji Imron, ibu sudah tahu kan itu rumah siapa"

"Oh iya maafkan anak saya pak, ia tak akan lagi mengulanginya" Kata ibunya.

"Tolong dijaga dengan baik bu" Dengan sinis warga meninggalkan anak itu bersama ibunya.

Ibunya menatap nanar anaknya. Ia tidak mungkin bisa menjaga anaknya secara penuh, tiap pagi ia harus bekerja di rumah bu Ssarah, mengurus rumah mereka. Paling cepat jam 12 sudah bisa sampai rumah. Tentu di rumah anaknya terpaksa harus diam sendiri, bermain sendiri. Tak tega pula jika ia harus mengunci anaknya dalam rumah.

Anaknya masih tampak murung dan merengek, ibunya segera mendekap anaknya dengan berkaca-kaca.

"Nak, kamu tidak boleh main kesana, itu tidak boleh, tidak baik"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun