Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis, Kaum Proletar Menggalang Massa

12 Maret 2019   06:00 Diperbarui: 12 Maret 2019   05:59 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Geralt

Mari sore ini kita berkumpul di kantin kampus! Ganyang Borjuis!

Tabik!"

Isi pesan tadi disambut dengan tepuk tangan oleh Dede dan Wahyu. Mereka juga sempat kaget dan tak mengira bahwa Ical mampu menulis sebegitu bernasnya. Tanpa menunggu lama Dede langsung membawa hasil tulisan Ical ke Fotokopi, ia memperbanyaknya, dan secepat kilat menyebarkannya ke setiap kelas, menempelkannya ke setiap mading, dan tidak lupa memfotonya lalu disebarkan ke berbagai media sosial.

Tak kalah semangat, Wahyu pun melakukan hal serupa Dede. Ia begitu antusias menantikan pergerakan revolusioner yang akan mereka lakukan. Merontokan hegemoni, lepas dari status quo. Para mahasiswa yang berafiliasi pada kaum pro akan mereka persenjatai dengan teknik retorika yang menggebu, dan teknik berdebat yang mumpuni.

Seiring berjalannya waktu, hari pun menunjukan bahwa senja sebentar lagi akan tiba. Wahyu mulai mempersiapkan tempat penyambutan para anggota tambahan dengan rupa-rupa kudapan ringan. Ia sangat senang menyambut kedatangan para anggota baru yang akan hadir. Ical juga tak kalah sibuknya, sedari pagi ia terus blusukan membagikan brosur ajakan berkumpul ke setiap sudut kampus.

Dede malah rela menggadaikan barang jualannya untuk menggaet massa agar sore nanti mau hadir. Mereka begitu habis-habisan dalam rangka menggaet masa guna melancarkan revolusi atas rasa sakit hati pengkhianatan memorandum. Tentu mereka sadar bahwa terget terbesar mereka dalam meraih massa ada pada kaum abu-abu. Mereka sangat berharap besar banyak diantara mereka yang akhirnya menentukan pilihan untuk merapat sore nanti.

Sekarang tepat pukul empat sore, itu tandanya acara sudah siap dimulai. Namun sampai saat ini masih belum nampak satu pun anggota baru yang merapat. Ical nampak gelisah "Pada kemana yah ?" Tanyanya. "Tenang aja Cal bentar lagi juga pada nongol kok" Balas Wahyu. Benar saja, tidak lama muncul Izal dari balik semak belukar, entah sudah darimana ia sampai keluar dari situ, namun yang jelas kedatangannya menorehkan garis senyuman pada raut Wahyu, Ical, dan Dede. "Tabik!" Sambut Wahyu pada Izal.

"Selamat datang Kamerad Izal" Sorak Dede dan Ical.

Berselang lima menit kemudian, tampak Mou datang mendekat sambil menggenggam sesuatu ditangannya. Benar, ia datang sambil menenteng gorengan yang tampak baru ia beli karena jelas embun uapnya secara gamblang membasahi kresek. "Tabik Mou!" Sorak Wahyu. "Selamat datang kamerad Mou". Setalah kedatangan Mou kini hadir Setia dan Iman, keduanya berjalan dengan pasti menghampiri lokasi pertemuan. "Tabik!" Seru semuanya.

Setengah jam sudah berlalu, tampak tidak ada lagi yang bergabung dengan perkumpulan. Meski begitu Wahyu, Ical, dan Dede tampak lega karena untungnya ada empat orang yang akhirnya datang dan merapat. Walau masih di bawah ekspektasi mereka cukup senang pula.

"Oke, saya ucapkan terimakasih atas kedatangan para kamerad semua, saya harap pertemuan kali ini akan menjadi dasar akan perubahan di lingkungan ini" Sambut Dede dengan bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun