Mohon tunggu...
Rafa eL Rafi
Rafa eL Rafi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seseorang yang masih butuh banyak belajar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Prolog (Kemal) Bagian 0

17 Juli 2013   00:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:27 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Prolog

Hujan deras disertai angin, tak menyurutkan langkah Pak Hambali untuk pergi ke rumah Mbah Tasinah. Seorang nenek tua yang sering disebut dengan dukun bayi, karena malam ini istrinya akan segera melahirkan putra pertamanya. Karena saking derasnya hujan yang mengguyur seluruh desa malam itu, tak memungkinkan bagi Pak Hambali untuk menjemput Mbah Tasinah dengan naik sepeda motor. Dia pun nekad berjalan kaki. Memasuki sebuah gang kecil, dengan bantuan penerangan senter di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya berusaha sekuat mungkin menjaga agar payungnya tidak lepas terhempas angin. Tak ada yang bisa menghadang hantaman angin itu, karena kanan kiri jalan adalah hamparan persawahan. Barisan padi yang siap menguning, banyak yang tersingkap oleh terjangan angin itu.

Mulutnya berucap seringkali mengucap subhanallah, manakala cahaya kilat membungkam gelap, dan hanya sesaat. Petir-petir menggelegar, terasa tepat menyambar di atas kepalanya. Dan semua itu tak menyurutkan langkah Pak Hambali untuk menjemput Mbah Tasinah.

Dia mempercepat langkahnya.Tak begitu jauh di depan sudah ada perkampungan dimana Mbah Tasinah tinggal. Sekejap dia menatap halaman rumah Mbah Tasinah yang penuh dengan genangan air. Kakinya terbenam hingga di atas mata kaki, saat dia melangkahka kakinya mendekati pintu rumah itu. untung rumah Mbah Tasinah sedikit lebih tinggi dari pada permukaan tanah halamannya itu, jadi air tak sampai menembus ke dalam rumahnya. Pintu yang terbuat dari kayu tua itu pun menjadi sasaran punggung jemarinya. Tak lama pintu pun terbuka. Saat mengetahui yang mengetuk pintu itu adalah Pak Hambali, Mbah Tasinah pun segera tahu, bahwa istri Pak Hambali akan segera melahirkan.

Diraihnya payung yang digantung di dinding rumahnya itu, dan segera keluar menuju ke rumah Pak Hambali. Di kamar itu, istri Pak Hambali sedang berjuang antara hidup dan mati. Mbah Tasinah terus membimbingnya dengan sabar. Suhu udara yang meski dingin sekali malam itu, tak dapat mencegah keringat yang mengalir deras dari sekujur tubuh Pak Hambali. Apalagi istrinya yang mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melahirkan bayi dalam perutnya. Dan seiring dengan hujan yang telah reda, terdengarlah tangis keras sang bayi.

Sabtu, 8 Agustus 1988 Pak Hambali telah resmi menjadi seorang ayah. Putra pertamanya itu diberi Nama Kemal Ihsanudin. Kemal kecil tumbuh dalam lingkungan dan keluarga yang agamis. Karena ayahnya adalah lulusan Pondok Pesantren besar yang ada di Jawa Tengah, sedangkan ibunya juga seorang keturunan kyai dari Kota Santri, Jombang. Keistikomahan ayahnya dalam beribadah, sudah cukup untuk membentuk karakternya menjadi anak yang soleh. Tumbuh dengan kasih sayang yang melimpah dari kedua orang tuanya, tidak lantas membuah Kemal menjadi anak yang manja. Justru dia telah menjadi sosok yang berkepribadian lembut, sopan dan pandai bergaul. Dia pun juga memiliki selera humor yang bagus ketika bergaul dengan teman-temannya. Dari masa sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, Kemal berteman satu kelas dengan Syafiq, yang merupakan saudara kakak sepupunya sendiri. Dan juga satu lagi temannya yang bernama Suhud. Di antara mereka, Syafiqlah yang paling memegang kendali dalam pergaulan mereka.

Syafiq adalah sosok yang menyenangkan, suka bercanda dan memiliki banyak tantangan yang selalu ingin ditaklukkan. Karena itulah Kemal dan Suhud selalu tertarik untuk mengikuti segala sesuatu yang dilakukan oleh Syafiq. Tubuhnya paling gemuk di antara mereka. Sedangkan Suhud, karena perawakannya yang kurus, tubuhnya yang lebih pendek, dengan rambutnya yang ikal, selalu menjadi seseorang yang harus kalah dan mengalah, dan seringkali harus menjadi sasaran keisengan Syafiq dan Kemal. Tapi layaknya anak yang masih kecil, sebesar apapun terjadi pertengkaran di antara mereka, satu jam kemudian pasti juga sudah akur lagi.

Dalam hal kecerdasan, Kemal lah yang terlihat paling menonjol di antara mereka. Hampir setiap ulangan dia selalu mendapatkan nilai sempurna. Bahkan di dalam raportnya, hampir tiap semester dia mendapatkan peringkat satu. Sedangkan Syafiq setidaknya selalu masuk dalam the best ten. Sebenarnya dia bisa lebih baik dari itu, tapi karena dia tidak terlalu rajin, maka dia tak pernah bisa bersaing dengan Kemal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun