Energi merupakan hal yang sangat krusial terhadap beberapa sektor guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan, maka dalam hal ini keberadaan energi merupakan hal yang sangat penting untuk dipikirkan karena bisa menimbulkan multiple effect kebeberapa sektor pembangunan.Â
Minyak dan gas merupakan salah satu sumber energi yang saat ini paling banyak digunakan, hal itu bisa dilihat dalam data yang dikeluarkan oleh Dewan Energi Nasional (DEN) tentang perkembangan bauran energi nasional tahun 2015-2019, dimana pada tahun 2019 penggunaan batubara sebesar 37.15% disusul oleh minyak bumi 33.58%, gas bumi 20.13% serta energi baru terbarukan 9.15%.
Lantas bagaimana pengaruh pandemi covid-19 terhadap energi terutama migas?
Penggunaan minyak bumi yang paling banyak adalah pada bidang transportasi, tentu kita tahu pandemi covid-19 menuntut kita untuk melakukan karantina, work from home, dan mengurangi kegiatan diluar rumah, hal itu tentunya berdampak pada sektor energi migas yang mana demand atau permintaan akan minyak pasti menurun, dimana dalam kondisi normal permintaan minyak di indonesia adalah sekitar 1,7-1,8 juta barrel per hari.
Penghentian Operasi Kilang Balikpapan Pertamina
Dilansir dari berita liputan6, dimana Pertamina selaku National Oil Company (NOC) Indonesia menghentikan operasi kilang balikpapan sementara akibat dari pandemi covid-19.Â
Penghentian ini dilakukan karena permintaan minyak menurun drastis, rencana penghentian operasi kilang balikpapan antara 28 April hingga 31 Mei 2020 lalu, selama penghentian operasi kilang balikpapan akan menjalani perawatan dan pemeliharaan. Kapasitas dari kilang balikpapan ini adalah sebesar 60 ribu barrel per hari pada kilang 1 sedangkan pada kilang 2 adalah sebesar 200 ribu barrel per hari.
Harga minyak mentah WTI terkoreksi minus