Fenomena ini menegaskan bagaimana Old Trafford, yang dulu dikenal sebagai "Theatre of Dreams", perlahan kehilangan daya magisnya. Di bawah asuhan Sir Alex, MU dan Old Trafford sering menjadi saksi bisu dari kengerian skuad Setan Merah yang berhasil menciptakan keajaiban di menit-menit akhir alias $ Fergie's Time$ .
Dengan catatan tersebut, Arsenal menjadi penikmat terbaru dari mulai pudarnya kengerian kandang si Manchester Merah.
22 Tembakan United Melawan Tembok Kokoh Meriam London
Meski kalah, United sebenarnya tidak tampil pasif. Mereka melepaskan 22 tembakan sepanjang laga, jumlah tertinggi mereka dalam pertemuan Premier League melawan Arsenal sejak kemenangan ikonik 8-2 pada Agustus 2011. Menariknya, itu juga menjadi jumlah tembakan terbanyak yang dihadapi Arsenal dalam sebuah pertandingan liga di mana mereka berhasil menjaga gawang tetap bersih sejak November 2020, ketika menghadapi Leeds United (25 tembakan).
Artinya, Arsenal tidak sekadar bertahan rapat, melainkan juga efisien dalam menghadapi badai serangan. Pertahanan yang disiplin, dipimpin oleh William Saliba dan Gabriel, memastikan bahwa dominasi tembakan United tidak berarti apa-apa di papan skor.
degaard, Sang Kapten Senyap
Di balik kemenangan ini, Martin degaard kembali menambah catatan pribadinya. Arsenal kini telah mengoleksi 71 kemenangan di Premier League ketika sang gelandang Norwegia tampil sebagai kapten. Hanya Tony Adams (130) yang lebih sering memimpin The Gunners meraih kemenangan, dengan Patrick Vieira berbagi angka sama dengan degaard di posisi kedua.
Keberhasilan degaard mengukir catatan itu menggambarkan transformasi kepemimpinan Arsenal di bawah Arteta: dari figur berapi-api ala Vieira, kini bergeser ke karisma senyap namun berpengaruh besar di lapangan.
Amorim Semakin dalam Tekanan
Hasil tersebut menjadikannya manajer tercepat yang mencapai 15 kekalahan di liga tanpa melatih tim promosi sejak Paul Hart bersama Portsmouth pada 2009 (27 pertandingan).
Bagi Amorim, statistik ini menjadi alarm keras. Ekspektasi di Old Trafford selalu berat, dan kesabaran publik cenderung pendek. Dengan catatan tersebut, pertanyaan tentang arah proyek jangka panjang United di bawahnya kian sulit dihindari. Apalagi United baru saja mengeluarkan sekitar 197.2 juta untuk merekrut pemain baru untuk mengejar ambisi Amorim.
Angka transfer itu juga membuat Emyu menjadi tim dengan pengeluaran trasnfer terbesar ke-3 di musim 25/26 di bawah Liverpool dengan 252.2 juta dan Chelsea sebanyak 240.1 juta.
Kemenangan tipis Arsenal semakin mengukuhkan perjalanan Arsenal menuju perebutan gelar usai 3 musim beruntun harus puas sebagai runner-up. Sebaliknya, United terjebak dalam pola yang berulang: rapuh menghadapi bola mati, mudah tertinggal di kandang, dan gagal mengonversi dominasi penguasaan bola menjadi gol ataupun kemenangan.Â