"Kalau ada teman yang pendiam, apa kamu tetap mau bermain dengannya?"
Tak disangka, tangan-tangan mungil langsung terangkat. Ada yang cerita kalau temannya dari suku berbeda tapi sering tukeran bekal. Ada yang dengan bangga bilang suka bantu bu guru bersih-bersih kelas. Bahkan ada yang menyadari bahwa temannya yang jarang diajak main sebenarnya baik hati dan suka berbagi pensil.
Melalui obrolan sederhana itu, kami bisa melihat betapa dalam sebenarnya pemahaman anak-anak soal kehidupan. Hanya perlu pendekatan yang menyenangkan untuk membangkitkan empati dan kesadaran mereka.
Di dampingi Guru Hebat, Belajar Jadi Lebih Bermakna
Kami merasa sangat beruntung bisa menjalankan micro teaching ini bersama Ibu Lia Yuliani, S.Pd, guru kelas yang tidak hanya memberi ruang kepada kami untuk berkreativitas, tetapi juga mendampingi dengan penuh perhatian dan semangat. Beliau banyak membantu kami dalam membangun komunikasi dengan siswa, menjaga dinamika kelas tetap kondusif, dan memberi saran praktis yang sangat berguna.
Dari beliau, kami belajar bahwa guru sejati bukan hanya menyampaikan pelajaran, tapi juga membimbing dengan hati. Dalam setiap interaksi, ada nilai kesabaran, kasih sayang, dan empati yang begitu kuat. Kehangatan beliau juga membuat kami merasa percaya diri saat menyampaikan materi, meskipun ini adalah pengalaman mengajar kami yang pertama di luar kampus.
Refleksi: Belajar dari Anak-Anak
Kegiatan micro teaching ini bukan hanya tentang bagaimana kami mengajar, tapi juga tentang bagaimana kami belajar dari anak-anak dan dari prosesnya sendiri.
Kami belajar bahwa siswa kelas 2 bukan sekadar pendengar pasif. Mereka punya banyak ide, punya rasa ingin tahu tinggi, dan bisa diajak berbicara soal nilai-nilai besar seperti perbedaan, tanggung jawab, dan kepedulian sosial, asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Kami juga belajar bahwa media sederhana seperti pop-up book bisa menjadi alat luar biasa untuk menanamkan nilai karakter. Tak perlu alat canggih, yang penting adalah kreativitas dan kemauan untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna.
Harapan: Menjadi Guru yang Menginspirasi