Mohon tunggu...
Rahman Fauqi Abu Abdurrahman
Rahman Fauqi Abu Abdurrahman Mohon Tunggu... Guru

Jadikan Allah sebagai tujuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Toleransi dan Peduli Lingkungan Lewat Media Buku Pop-Up

4 Juli 2025   09:26 Diperbarui: 5 Juli 2025   12:33 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kami memilih menggunakan media buku pop-up karena percaya bahwa anak-anak belajar lebih baik saat mereka terlibat secara visual dan emosional. Buku pop-up memiliki daya tarik tersendiri: bentuknya yang bisa "muncul" saat dibuka membuat cerita menjadi lebih hidup.

Dalam buku yang kami bawakan, terdapat kisah tentang anak-anak yang berbeda latar belakang, namun tetap saling menghargai, bermain bersama, dan gotong royong menjaga lingkungan. Lewat cerita itu, kami mengangkat dua nilai penting, yaitu toleransi dan kepedulian terhadap lingkungan.

Begitu buku kami buka dan tokoh-tokoh lucu dari kertas muncul dari halaman, wajah anak-anak langsung berbinar. "Waaah, lucu banget!" seru mereka. Anak-anak langsung fokus, seolah dibawa masuk ke dunia cerita. Mereka tertawa, bertanya, bahkan menebak-nebak kelanjutan cerita dengan semangat. Dari sinilah, kami mulai menyelipkan nilai-nilai moral secara halus dan menyenangkan.

Toleransi dan Lingkungan: Nilai yang Tak Terpisahkan

Kenapa kami memilih topik toleransi dan peduli lingkungan? Karena dua nilai ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah.

Toleransi mengajarkan mereka untuk bisa hidup berdampingan tanpa membeda-bedakan. Bahwa teman dari suku berbeda, agama berbeda, atau memiliki kebiasaan yang tak sama tetap bisa menjadi sahabat. Sementara itu, peduli lingkungan mengajak mereka untuk sadar bahwa menjaga kebersihan dan merawat bumi adalah tanggung jawab bersama.

Dengan cerita sederhana namun dekat dengan kehidupan mereka, anak-anak memahami bahwa perbedaan itu bukan sesuatu yang harus dijauhi, dan bahwa tindakan kecil seperti membuang sampah pada tempatnya bisa berdampak besar.

Diskusi Santai, Tapi Bermakna

Setelah sesi bercerita, kami tidak berhenti sampai di sana. Kami membuka ruang diskusi ringan, yang justru jadi momen paling menyenangkan dan penuh kejutan. Kami bertanya:

"Kamu pernah punya teman yang beda agama atau beda suku?"

"Apa yang kamu lakukan kalau lihat sampah di taman sekolah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun