Rokok, sebuah daun tembakau yang dikeringkan, dilinting, dan dikemas sedemikian rupa menjadi produk yang di konsumsi oleh lapisan masyarakat dunia. sebagai produk konsumsi, rokok telah lama melekat dan menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sebatang rokok kerap menjadi simbol dari banyak keresahan. Dari penyebab penyakit, biang keladi ekonomi lesu, hingga faktor meningkatnya kemiskinan. Namun, apakah adil semua masalah ini ditimpakan pada sebatang rokok dan para perokok?
Dari tulisan ini akan mengkuak sisi sebatang rokok. Dimulai dari peran industri tembakau, cap buruk terhadap perokok, hingga bagaimana masyarakat mencari "kambing hitam" untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar.
Manipulasi Industri : Di Balik Asap Rokok
Dalam dokumenter Additicon Incorporated (2011), mengungkap bahwa perusahaan tembakau secara sadar membuat rokok lebih adiktif dengan menambahkan zat kimia tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa di balik kebiasaan merokok ada manipulasi industri besar, mengejar keuntungan tanpa memikirkan dampaknya terhadap kesehatan khalayak umum.
Cap Buruk terhadap Perokok
Masyarakat kerap memberi label negatif kepada perokok, seperti “tidak disiplin” atau “tidak memperdulikan kesehatan.” Namun, apakah stigma ini adil? Banyak dari mereka adalah pekerja kelas bawah yang hidup di lingkungan banyak kekurangan akses pada edukasi kesehatan atau pilihan hidup yang lebih sehat.
Stigma ini tidak hanya berdampak pada harga diri perokok, tetapi juga memperparah ketimpangan sosial. Kampanye anti-rokok sering kali hanya mampu menghukum perokok kecil, sementara kebijakan yang lebih menyeluruh seperti edukasi atau alternatif pekerjaan bagi petani tembakau masih minim dilakukan.
Kambing Hitam di Tengah Masalah Besar
Teori scapegoating atau “kambing hitam” dari René Girard menjelaskan bahwa masyarakat sering mencari pihak yang dapat disalahkan untuk menutupi persoalan yang lebih kompleks. Rokok misalnya, menjadi simbol kegagalan kebijakan kesehatan, lemahnya sistem edukasi, hingga ketimpangan sosial.
Daripada hanya menyalahkan perokok atau rokok, mungkin kutipan dari DR. Tirta ini bisa di gunakan “untuk kalian sebagai aktivis rokok, kalau kalian ingin menghentikan perokok bukan memaksanya berhenti merokok, tetapi diajak edukasi dan berdialog dan tanyakan. Mengapa kalian selama ini merokok? apa yang sebenarnya membuat masyarakat begitu bergantung pada rokok? Apakah itu stres akibat tekanan ekonomi? Atau kurangnya akses hiburan murah dan sehat? Apakah karna ikut-ikutan?”
Kesimpulan: Melihat Gambaran yang Lebih Luas