Saat kita bermimpi ketika fase tidur REM, mimpi terasa nyata dan emosional karena mimpi-mimpi kita menjadi salah satu cara untuk membantu memahami perasaan kita, menjalankan macam-macam skenario, dan membuat kita lebih mampu untuk mengambil keputusan yang sulit.
Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur menghambat kemampuan seseorang dalam memproses emosi negatif. Ketika kehilangan waktu tidur, mekanisme yang membantu untuk memproses emosi negatif sepanjang hari tidak berfungsi.
Pada sebuah penelitian lain, disebutkan bahwa tidur bisa menjadi semacam terapi yang dilakukan sepanjang malam. Para peneliti meyakini bahwa, sebagaimana tidur berperan untuk membantu kita mengingat sesuatu, tidur juga membantu kita untuk melupakan dan menghilangkan aspek-aspek emosional dari memori-memori negatif.
7. Tidur yang cukup mencegah depresi
Ilmuwan berpendapat bahwa kurang tidur kronis dapat menghasilkan ketidakseimbangan pada jenis memori yang disimpan pada otak orang dengan depresi.
Hal ini menyebabkan mereka membangun gambaran kehidupan yang cenderung berfokus pada peristiwa negatif dan netral, sambil menghapus pengalaman positif.
Saat kita harus mengambil keputusan sulit dan penuh emosi, tidur dengan cukup dapat benar-benar membantu kita melihat permasalahan dengan jelas.
Dengan memastikan cukup tidur, terutama tidur REM, akan membantu kita mengatasi situasi sulit dan merasakan lebih banyak kebahagiaan dari situasi yang baik.
Oleh karena itu, tidur lebih awal agar dapat bangun secara alami adalah cara terbaik untuk memaksimalkan tidur REM dan terbangun untuk memulai hari dengan perasaan bahagia.
8. Akibat dari melawan pola sirkadian
Tidur dikendalikan oleh dua faktor utama. Pertama adalah faktor sirkadian, sebuah mekanisme internal selama 24 jam di dalam otak yang mengatur aktivitas harian. Jam sirkadian mendorong kita untuk merasa awas selama siang hari dan mendorong kita untuk tidur di malam hari.