Mohon tunggu...
Romly Lengkoan
Romly Lengkoan Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis cerita.

Menulis untuk bercerita tentang apa saja. Tentang apa yang saya tahu dan yang saya mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Siapa Nama Kamu?

13 November 2019   05:42 Diperbarui: 17 November 2019   18:28 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya. Maaf." Rido masih melihat ke arah pintu tadi.
...
Seorang anak lelaki kurus, sedang berjalan di tengah malam buta. Sendirian. Nafasnya naik turun tak karuan, keringat membanjir. Dia baru saja habis lari. Anak itu hanya memakai kaus putih tak berlengan, celana pendek biru tua, dan hampir seluruh badannya penuh tanah. Kotor.

Umurnya sekitar delapan tahun. Tadinya memiliki tempat tinggal dan dua orang tua. Tapi, ketika pulang ke rumah, anak itu mendapati kedua orang tuanya tergeletak tak bernyawa di lantai dapur.

Darah membasahi lantai. Sebuah pisau tergeletak di atas meja dibungkus darah. Dapur berantakan. Tanda-tanda perkelahian.

Entah insting akan bahaya yang mendekat atau rasa takut yang menggerakkan sepasang kaki anak lelaki ini untuk berlari, meninggalkan rumah, secepat mungkin.

Sepanjang jalan anak ini terus berpikir, tak mengerti apa yang sudah dia lihat. Sesekali dia menengok ke belakang. Wajahnya mengerut, memperlihatkan kebingungan. Dia sudah melupakan rasa takut dan insting bahaya itu.
...
Seorang preman. Banyak tak disukai orang-orang. Pastinya banyak musuh. Pak Doni sudah sering terlibat perkelahian dengan beberapa orang kampung, preman bahkan polisi. Sudah pernah menghuni penjara. Tak kapok, malah jadi lebih terorganisir cara dia berbuat kejahatan. Rapi.

Kata orang-orang, Pak Doni membantu menyembunyikan teroris di kampung-kampung tetangga. Ada juga yang bilang, ia bekerja bersama dengan para penjual narkoba untuk mengedarkan obat-obat terlarang di kalangan anak muda sekitar. Tapi, belum ada yang terbukti memang.


Yang sudah terbukti dan terlihat adalah seringnya dia memukul Ibu Rima kalau sedang bertengkar. Tak peduli di rumah atau di jalan.
...

Jalanan sudah mulai ramai. Langit belum sepenuhnya diterangi matahari. Anak lelaki itu duduk di pinggiran deretan rumah toko yang belum buka. Pemilik toko masih sementara bersih-bersih, menata barang-barang jualan.

Seorang penjual koran lewat, menoleh sebentar ke arah anak lelaki itu. Seekor kucing merenggangkan badan, berjalan dan duduk di dekat anak lelaki itu.

Anak itu meremas perutnya. Matanya mencari-cari. Ada bau sedap yang hinggap di penciumannya. Aroma roti yang baru keluar dari panggangan. Dia lapar. Pelariannya semalam membuat kosong perut.
...

Pak Doni mungkin menikam istrinya dan bunuh diri, atau Ibu Rima menikam suaminya dan bunuh diri. Begitulah pendapat orang sekitar. Tapi herannya tak ada yang bertanya di mana Rido. Sibuk mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun