Sejatinya, menulis akan membuat nama kita dikenal banyak orang. Namun, jika niat kita hanya ingin terkenal, maka hanya itulah yang akan didapatkan. Berbeda jika niat kita menulis untuk berbagi dan menebar manfaat. Maka, ada banyak hal yang nantinya bisa kita dapatkan. Tidak menutup kemungkinan, Ning Khilma justru kebanjiran rezeki. Melalui buku Hati Suhita, beliau dapat membeli tanah beberapa hektar untuk membangun pesantren. Beliau juga bisa mengajak keluarga umrah, membeli rumah, mobil dan masih banyak lagi. Ini merupakan bonus dari niat yang telah ditata. Allah akan memberikan banyak kenikmatan bagi orang- orang yang menata niatnya.
6. Gunakan media sosial dengan bijak
Era media sosial, hampir setiap orang memiliki akun Facebook, Instagram dan sejenisnya. Agar memiliki manfaat, maka media sosial ini dapat digunakan sebagai media memposting tulisan- tulisan kita. Nantinya, tulisan tersebut akan dibaca oleh khalayak luas. Bahkan, jika menulis dengan tekun, kumpulan status- status tersebut bisa dikumpulkan menjadi buku. Ini akan sangat bernilai daripada hanya memanfaatkan media sosial sebagai ajang mengkritik, mencaci bahkan menghina orang lain. Ikut- ikutan debat sana sini dan uring- uringan.
7. Menambah relasi dan silaturahmi
Agar pembaca tulisan kita tidak hanya dari kalangan yang suka menulis, maka bisa melalui strategi berdagang. Mengapa demikian? melalui berdagang, kita bisa menambah relasi dari berbagai kalangan. Misalnya, ibu- ibu sosialita, pegawai, petani, guru, dan sebagainya. Hal ini tentu memberikan korelasi positif terhadap peningkatan pembaca tulisan kita. Dengan demikian, diharapkan, penulis bisa masuk di setiap kalangan. Hal ini akan menjadikan pembaca tulisan menjadi beragam. Perlu diingat, penulis tidak boleh menyepelekan kekuatan silaturahmi. Bisa jadi, melalui banyak teman, mereka akan membantu kita dalam menyebarkan karya- karya kita.
8. Penulis lahir dari kegigihannya sendiri
Pelatihan menulis hanya sebagai pendukung dan menyuntik motivasi seseorang. Namun, dalam merealisasikannya, dibutuhkan kegigihan dari penulis sendiri. Tidak hanya niat, melainkan aksi nyata. Gigih dalam menulis. Karena tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai.
9. Kenangan adalah kekuatan
Banyak orang menganggap bahwa, kenangan itu pahit. Kenangan adalah sakit. Dan tidak perlu diingat. Hal demikian adalah kurang benar. Padahal, penulis seharusnya selalu bisa membaca peluang. Bagi yang sedang patah hati, menulislah. Orang yang menulis dengan hati, maka pesan yang ditulis akan sampai di hati pembacanya. Terenyuh. Kenangan yang pahit adalah modal besar dalam menghasilkan karya. Bahkan, tulisan dari orang yang patah hati justru dapat membius orang lain. Seakan- akan, pembaca juga menjadi korban. Ini merupakan indikator tulisan yang sukses. Pesan yang disampaikan tidak hanya di permukaan, melainkan sangat dalam.