Mohon tunggu...
Rahayu Lestari Putri
Rahayu Lestari Putri Mohon Tunggu... Penulis - Nulis, Ngereview Buku, Penikmat Musik dan Suka Hal- Hal Baru.

Learn To Be Good.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis ala Ning Khilma Anis

1 Agustus 2021   18:24 Diperbarui: 1 Agustus 2021   18:34 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Belajar Menulis Dari Ustadz M.Husnaini dan Ning Khilma Anis)

Part 1

Bulan telah berganti. Tanggal pun mengikuti. Bahkan, corona hingga kini masih setia menemani bumi. Namun, ini tentang Agustus. Bulan yang berkobar dan penuh semangat. Apalagi tentang semangat menulis. Jangan sampai terkikis. Selamat membaca tulisan sederhana ini. Semoga suka.

Era digital mengubah banyak hal dari berbagai aspek kehidupan. Dulu, sebelum corona melanda, menggelar pertemuan sangatlah rumit. Misalnya, mengadakan seminar. Panitia mulai pusing menentukan narasumber, lokasinya di mana, siapa saja yang diundang, hingga menentukan suguhan di meja. Baik untuk narasumber maupun peserta.

Namun, era digital kini mengubah tiga ratus enam puluh derajat. Semua kegiatan, termasuk seminar beralih menjadi webinar. Artinya, kegiatan dilakukan dalam jaringan (daring). Tentu kenikmatan tersebut harus dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya, mengikuti dan menyimak materi webinar mulai dari awal hingga akhir. Tak hanya itu, menyiapkan buku dan pulpen menjadi senjata utama. Agar materi yang disampaikan tidak lewat begitu saja, maka teknik terbaik mengikat ilmu adalah dengan menulis.

Relevan dengan hal tersebut, LPM Qimah UIN Sunan Ampel Surabaya menyelenggarakan webinar menulis pada Minggu (1/8/2021). Adapun tema yang diangkat yakni, "Writing in Digital Era: Strategi Menuangkan Ide Kreatif Dalam Tulisan."

Narasumber yang diundang sangat berkompeten dalam bidangnya. Pertama, Ustadz M. Husnaini. Beliau merupakan penulis dan penyunting buku yang andal. Selain aktif menulis, beliau juga mengajar. Saat ini, beliau juga menjadi mahasiswa Doktoral di International Islamic University Malaysia. Sungguh luar biasa.

Kedua, Khilma Anis. Perempuan ini kerap dipanggil Ning Khilma. Di antara buku- bukunya yang best seller dan digandrungi oleh khalayak, yakni Hati Suhita, Wigati, Jadilah Purnamaku dan masih banyak lagi. Meski dibesarkan sejak kecil di pesantren, nyatanya Ning Khilma mampu membuktikan bahwa santri juga harus berkarya.

Berikut merupakan pemaparan materi dari Ning Khilma Anis. Beliau menuturkan, bahwa era media sosial harus dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya dengan menulis. Menurutnya, menulis merupakan fadhol (anugerah). Karena, tidak semua manusia diberikan anugerah untuk mampu menulis. Untuk itu, guna mensyukurinya, maka harus dibuktikan dengan terus menulis.

dokpri
dokpri


Ada kalimat menarik yang selalu dikatakan beliau berulang kali. "Ojo mati tanpo aran." Artinya, jangan mati tanpa berkarya. Nasihat tersebut sangat populer di adegan perwayangan yang bernama Semar. Selanjutnya, kalimat bijak dari Pramoedya Ananta Toer, "orang boleh pandai setinggi langit. Tetapi, jika ia tidak menulis, maka ia akan hilang dari sejarah dan peradaban. Terakhir, kalimat masyhur dari Al- Ghazali. "Jika kamu bukan anak raja dan anak ulama, maka menulislah."

Ning Khilma juga menuturkan, bahwa seorang penulis harus pantang menyerah. Sesuai dengan nasihat Jawa, "teken, tekun da tekan." Penulis harus berproses, fokus, dan konsisten hingga berhasil menorehkan karya.

Adapun strategi menulis ala Ning Khilma yakni sebagai berikut.

1. Mencintai diri sendiri

Penulis harus memiliki jati diri. Ciri khas. Ibarat nasihat Jawa, "ojo rubuh- rubuh gedang." Artinya, jangan jadi penulis yang tidak memiliki pendirian. Temannya ke kanan, ia ikut ke kanan. Pun sebaliknya. Bahkan, ini juga berlaku pada gaya hidup penulis. Cobalah untuk berani berbeda. Tidak grubyak- grubyuk.

2. Petik buah yang paling rendah

Perempuan kelahiran Jember tersebut menuturkan, bahwa menulislah apa yang kita kuasai. Jikalau belum bisa menguasai sesuatu, maka belajarlah. Menulislah hal- hal yang berada di sekitar kita. Jangan muluk- muluk. Tulislah daerah yang kita pahami betul. Mulai dari sejarah hingga warung makan yang terkenal di daerah tersebut. Singkatnya, eksplor daerahmu sendiri. Itu akan lebih memudahkan kita dalam menulis. Hal ini berlaku tidak hanya menulis novel, melainkan juga karya nonfiksi.

3. Jangan kemaruk mempelajari segala hal (random)

Seorang penulis harus punya ciri khas. Jika terlalu banyak mempelajari banyak hal, khawatirnya justru tidak fokus. Alangkah lebih baiknya, analisislah sesuatu yang benar- benar menjadi dunia kita. Artinya, tulislah yang menjadi keseharian kita. Ini langkah mudah untuk memulai menulis.

4.  Temukan tokoh idola

Jika ingin menulis esai dengan baik, maka carilah esais. Jika ingin menulis novel dengan baik, carilah novelis. Dan seterusnya. Artinya, temukan tokoh idola masing- masing genre tulisan. Membaca kalimat demi kalimat tulisan dari idola kita, tentu akan membantu kita dalam mengetahui bahkan mengikuti alur maupun teknik menulis.

5. Menata niat

Sejatinya, menulis akan membuat nama kita dikenal banyak orang. Namun, jika niat kita hanya ingin terkenal, maka hanya itulah yang akan didapatkan. Berbeda jika niat kita menulis untuk berbagi dan menebar manfaat. Maka, ada banyak hal yang nantinya bisa kita dapatkan. Tidak menutup kemungkinan, Ning Khilma justru kebanjiran rezeki. Melalui buku Hati Suhita, beliau dapat membeli tanah beberapa hektar untuk membangun pesantren. Beliau juga bisa mengajak keluarga umrah, membeli rumah, mobil dan masih banyak lagi. Ini merupakan bonus dari niat yang telah ditata. Allah akan memberikan banyak kenikmatan bagi orang- orang yang menata niatnya.

6. Gunakan media sosial dengan bijak

Era media sosial, hampir setiap orang memiliki akun Facebook, Instagram dan sejenisnya. Agar memiliki manfaat, maka media sosial ini dapat digunakan sebagai media memposting tulisan- tulisan kita. Nantinya, tulisan tersebut akan dibaca oleh khalayak luas. Bahkan, jika menulis dengan tekun, kumpulan status- status tersebut bisa dikumpulkan menjadi buku. Ini akan sangat bernilai daripada hanya memanfaatkan media sosial sebagai ajang mengkritik, mencaci bahkan menghina orang lain. Ikut- ikutan debat sana sini dan uring- uringan.

7. Menambah relasi dan silaturahmi

Agar pembaca tulisan kita tidak hanya dari kalangan yang suka menulis, maka bisa melalui strategi berdagang. Mengapa demikian? melalui berdagang, kita bisa menambah relasi dari berbagai kalangan. Misalnya, ibu- ibu sosialita, pegawai, petani, guru, dan sebagainya. Hal ini tentu memberikan korelasi positif terhadap peningkatan pembaca tulisan kita. Dengan demikian, diharapkan, penulis bisa masuk di setiap kalangan. Hal ini akan menjadikan pembaca tulisan menjadi beragam. Perlu diingat, penulis tidak boleh menyepelekan kekuatan silaturahmi. Bisa jadi, melalui banyak teman, mereka akan membantu kita dalam menyebarkan karya- karya kita.

8. Penulis lahir dari kegigihannya sendiri

Pelatihan menulis hanya sebagai pendukung dan menyuntik motivasi seseorang. Namun, dalam merealisasikannya, dibutuhkan kegigihan dari penulis sendiri. Tidak hanya niat, melainkan aksi nyata. Gigih dalam menulis. Karena tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai.

9. Kenangan adalah kekuatan

Banyak orang menganggap bahwa, kenangan itu pahit. Kenangan adalah sakit. Dan tidak perlu diingat. Hal demikian adalah kurang benar. Padahal, penulis seharusnya selalu bisa membaca peluang. Bagi yang sedang patah hati, menulislah. Orang yang menulis dengan hati, maka pesan yang ditulis akan sampai di hati pembacanya. Terenyuh. Kenangan yang pahit adalah modal besar dalam menghasilkan karya. Bahkan, tulisan dari orang yang patah hati justru dapat membius orang lain. Seakan- akan, pembaca juga menjadi korban. Ini merupakan indikator tulisan yang sukses. Pesan yang disampaikan tidak hanya di permukaan, melainkan sangat dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun