Mohon tunggu...
Rahardyan Harveyoga
Rahardyan Harveyoga Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kemenangan Ferdinand "BongBong" Marcos Jr. dalam Pemilihan Presiden Filipina 2022: Berkah untuk Tiongkok?

26 Mei 2022   12:50 Diperbarui: 26 Mei 2022   14:40 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
apnews.com (AP Photo)

Pemilihan Presiden Filipina 2022 Berlangsung Pada 9 Mei 2022, Pemilihan ini dimenangkan oleh Pasangan Ferdinand "BongBong Marcos Jr-Sarah Duterte. Pasangan Ini, mengalahkan 3 calon presiden lainnya dimana, Leni Robredo yang merupakan Wakil Presiden Petahana Filipina Saat ini. Dengan Presentase Sebesar 58,77 % atau sebanyak 31,629,783 suara. Dengan hasil tersebut dipastikan Ferdinand "BongBong" Marcos berhak melanjutkan estafet kepresidenan yang diwariskan oleh Rodrigo Duterte selama 6 tahun kedepan.

Kemenangan BongBong Marcos dikenal kontroversial sebab, Marcos merupakan putera satu-satunya dari Mantan Presiden Filipina yang memerintah selama 21 tahun (1965-1986) di Negeri Mutiara Laut dari Orien tersebut. Sebab selama Rezim Ayahnya, Banyak sekali pelanggaran hak asasi manusia di Filipina,Korupsi merajalela hingga menyiksa hingga membunuh lawan-lawan politik saat itu. Hal tersebutlah yang menyebabkan citra Ferdinand Marcos dan Keluarganya buruk dihadapan Masyarakat Filipina. Diketahui Keluarga Marcos menyedot miliaran Dollar kekayaan negara untuk hidup mewah dan dinilai merupakan kleptorasi terkenal di Asia. 

Saat BongBong Marcos mencalonkan diri menjadi Presiden Filipina, BongBong memilih berkampanye melalui platform tiktok. Dimana untuk meraih suara milenial dan generasi z sehingga dapat menutupi aib masa lalu keluarganya. Hal ini dibuktikan melalui banyaknya milenial dan  generasi z yang tidak percaya terhadap pelanggaran HAM dan Korupsi yang dilakukan ayahnya dan keluarganya di masa lampau. Salah satu informasi miring tersebut adalah sumber kekayaan BongBong Marcos yang berasal dari pendapatan sebagai pengacara. Padahal, Bank Dunia, PBB dan Filipina sendiri telah mengakui korupsi yang dilakukan oleh Ferdinand Marcos Sr dan keluarganya.

 Terlepas dari kontroversialnya sebagai Presiden Terpilih, Marcos Jr diprediksi akan memperbaiki hubungan dengan Beijing terlepas dengan tegangnya hubungan Filipina pasca sengketa Laut Cina Selatan (LCS). Hal tersebut dibuktikan dalam wawancara saat kampanye. Marcos menyebut langkah Pengadilan Abritase pada 2016 lalu tidak efektif dikarenakan Tiongkok belum mengakui kedaulatannya. Marcos akan berupaya memperbaiki hubungan bilateral dengan Tiongkok. Hal ini dibuktikan oleh pengakuan Xi Jinping, Presiden Tiongkok terhadap pembukaan hubungan diplomatik Tiongkok dan Filipina.

Langkah BongBong Marcos menuai kritik khususnya birokrat Filipina. Antonio Carpio, mantan Mahkamah Agung Filipina menilai langkah Marcos ini adalah sebuah penghianatan yang memihak Tiongkok dan melawan kehendak Filipina. Hal serupa juga dikemukakan oleh George Poling, direktur Program Asia Tenggara di Pusat Studi Strategis dan Internasional. George Poling berpendapat, Publik dan birokrasi Filipina bahkan lebih tidak percaya pada Tiongkok daripada enam tahun lalu setelah kemenangan arbitase Marcos Jr. mungkin mencoba untuk menghidupkan kembali penjangkauan awal Duterte ke Beijing, tetapi dia tidak mungkin membuang aliansi Amerika Serikat ke laut sebagai bagian dari upaya itu.

Kaitan dengan Perekonomian Filipina

Marcos, yang akan mewarisi defisit anggaran yang besar, belum merinci rencananya untuk mengembalikan ekonomi ke jalurnya setelah kehancuran akibat pandemi. 

Upaya memperbaiki hubungan dengan Tiongkok dengan melibatkan melalui pengembangan infrastruktur di Filipina. Hal tersebut juga dicetuskan melalui program infrastruktur 'Bangun, Bangun, Bangun' telah sangat sukses membangkitkan perekonomian Filipina sebelum Pandemi. 

Peter Mumford, praktisi menuju Asia Selatan dan Tenggara di Eurasia Group mengatakan " Jelas pembangunan infrastruktur akan menjadi bagian inti dari agenda Marcos  bahkan jika masih ada pertanyaan mengenai prioritas yang tepat, bagaimana dia akan membiayainya, dan sejauh mana modal swasta/asing akan digunakan".

Hal serupa juga diungkapkan oleh ahli keamanan yang berbasis di Manila, Rommel Banloi yang berpendapat bahwa Marcos Jr ingin bersahabat dengan Tiongkok tapi dengan tidak melepaskan wilayah. Marcos Jr membuka konsultasi dengan Tiongkok untuk menyelesaikan ketegangan antara Tiongkok-Filipina dan bersedia untuk membuka kerjasama ekonomi dan pengembangan infrastruktur Filipina dalam berbagai Proyek termasuk pengembangan Minyak dan Gas laut di Barat Filipina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun