Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sebelum Menghakimi Andra Soni...

15 Oktober 2025   12:52 Diperbarui: 15 Oktober 2025   13:53 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Banten Andra Soni.(Foto: KOMPAS.COM/RASYID RIDHO)

Kekerasan fisik di dunia pendidikan, dengan alasan apapun, tidak dapat dibenarkan. Begitu juga dengan perilaku siswa yang merokok di lingkungan sekolah juga tidak bisa dibiarkan.

Peristiwa penamparan seorang siswa oleh kepala sekolah di SMAN 1 Cimarga, Lebak, Banten pada 10 Oktober 2025 menjadi potret buram dunia pendidikan kita.

Sontak selasar media sosial menjadi gaduh. Reaksi publik pun terbelah: sebagian membela kepala sekolah karena dianggap mendidik dengan disiplin keras, sebagian lain mengecamnya karena menormalisasi kekerasan dalam dunia pendidikan.

Kasus ini memperlihatkan bagaimana emosi moral bisa melampaui rasionalitas profesional seorang pendidik.

Kepala sekolah yang sejatinya menjadi teladan, tergelincir dalam tindakan impulsif yang mencederai prinsip pendidikan humanistik.

Namun, di sisi lain, perilaku siswa yang merokok juga jelas merupakan pelanggaran tata tertib yang tidak bisa dibenarkan. Dua kesalahan ini berkelindan dalam satu panggung publik yang sarat emosi.

Kekerasan dan Disiplin dalam Perspektif Sosiologis

Dalam teori sosiologi pendidikan, Emile Durkheim menegaskan bahwa pendidikan adalah sarana pembentukan kesadaran moral dan kolektif. Disiplin, bagi Durkheim, adalah mekanisme untuk menanamkan keteraturan sosial.

Namun, disiplin yang berakar pada kekerasan justru akan mengikis legitimasi moral dari otoritas pendidikan itu sendiri.

Sosiolog kontemporer seperti Michel Foucault dalam Discipline and Punish (1975) menjelaskan bahwa kekuasaan dalam lembaga pendidikan bukan hanya soal hukuman fisik, tetapi tentang pengawasan dan pembentukan perilaku melalui dispositif atau mekanisme kontrol sosial yang halus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun