Dalam dinamika pemerintahan, selalu ada figur yang menempati ruang-ruang sunyi, tidak gemar tampil berlebihan, namun sesungguhnya menjadi denyut nadi dalam perjalanan sebuah rezim.
Angga Raka Prabowo adalah salah satunya. Ia tidak sekadar pejabat yang menunggu giliran panggung, melainkan seorang pengabdi yang sejak lama menapaki jalan kesetiaan, khususnya pada sosok Prabowo Subianto.
Saya mengenal Angga bukan sebatas nama, melainkan sebagai pribadi yang teduh, rendah hati, dan penuh dedikasi.
Usianya terpaut 12 tahun dengan saya. 8 September yang lalu, usianya genap 36 tahun. Anak muda dengan jabatan mentereng tak membuatnya lupa daratan. Begitulah Angga, tak pernah berubah. Saya adalah saksinya.
Ia tidak pernah rakus akan jabatan, tidak pula sibuk mengukir pencitraan. Justru dalam kepatuhan menerima penugasan, Angga menemukan martabat dirinya.
Dari peran awal sebagai Asisten Pribadi Prabowo Subianto, hingga kini dipercaya menjadi Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Komisaris Utama Telkom, dan terbaru Kepala Badan Komunikasi Pemerintah---ia tetap sama: tidak berubah oleh kuasa, tidak hanyut dalam gemerlap posisi.
Badan Komunikasi Pemerintah (kelanjutan dari Kantor PCO yang pernah dipimpin Hasan Nasbi) kini berada di pundaknya.
Tugasnya tidak ringan, sebab komunikasi negara adalah urat nadi yang menentukan ritme kepercayaan publik.
Namun, bila ada sosok yang sanggup menanggungnya dengan tenang dan tulus, saya percaya Angga-lah orangnya.
Kedekatan saya dengannya memberi ruang untuk melihat lebih dalam: Angga tidak hidup dari ambisi pribadi, melainkan dari rasa tanggung jawab terhadap penugasan yang diberikan.