Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merakyat dan Pura-Pura Merakyat

19 Agustus 2025   23:00 Diperbarui: 19 Agustus 2025   23:00 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cobalah tengok, setahun lalu, selasar media sosial dijejali atraksi kaum super-kaya dengan deretan mobil mewah dan rumah megah bak istana.

Iring-iringan royal wedding di Disneyland menggenapi kontrasnya kehidupan manusia. Berjalan pongah ditengah kondisi kesulitan hidup rakyat miskin yang memprihatinkan.

Pamer kemewahan, yang kemudian makin brutal. Dikemas secara 'humanis' untuk menjelaskan asal-usul kekayaan. Mengharap simpati penonton yutub, bahwa harta kekayaan itu didapat melalui kerja keras dan penuh penderitaan. Omong kosong.

Gerombolan Harvey Moeis, akhirnya meringkuk di dalam bui.

Perilaku Harvey diikuti Riva Siahaan, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga. Riva juga tidak sendirian. Jumlah tersangka bertambah hingga mencapai 18 orang, termasuk Riza Chalid 'The Gasoline Godfather'.

Pelajaran yang Bisa Diambil

Dari kesederhanaan, lahir kekuatan. Dari kezuhudan, lahir keabadian.

Saya yang fakir pengetahuan ini, setidaknya hanya itu yang bisa saya pahami. Setiap manusia memiliki keinginan untuk kehidupan yang lebih baik, tentu saja cara mendapatkannya berbeda-beda.

Disinilah, orang-orang makin sadar, netizen makin "berisik", kemudian muak dengan drama penguasa-pengusaha serakah. Mereka meledek, mengecam, menghujat dan merendahkannya.

Tentu kita ingin hidup yang berkecukupan. Punya rumah, mobil, dan harta. Tidak ada yang melarang manusia menjadi kaya.

Namun, apa guna bunyi piring dan sendok di rumah megah mu itu ketika menjadi bunyi yang buruk bagi tetanggamu yang kelaparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun