Ethno Groove RECAKA: Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2025 bukan hanya panggung seni, tetapi panggung harapan. Harapan bahwa tradisi tidak akan mati, justru hidup dan berdenyut bersama generasi muda.
Di tengah lautan manusia yang berbaur dengan denting gamelan, petikan rabab, dan gebukan gendang, ada sebuah momen yang tak sekadar festival.Â
Di Stadion Transad, Lampung Tengah, suasana sejak pagi hingga malam hari selama empat hari penuh berubah menjadi perayaan kolektif.
Tak kurang dari 20 ribu pengunjung tercatat memadati lokasi tiap harinya. Dari anak-anak sekolah, komunitas budaya, hingga wisatawan mancanegara, semuanya larut dalam alunan musik dari berbagai penjuru Sumatera--Aceh, Minangkabau, Jambi, Bengkulu, hingga tuan rumah Lampung.
"Ini festival musik tradisi paling meriah yang pernah saya ikuti. Rasanya seperti pulang ke rumah meski saya datang dari Jambi," kata Maya Zulfikar, vokalis grup musik Sanggar Aur Bulian yang tampil di hari kedua.
Panggung pertunjukan akbar ini digelar pada 20--23 Juni lalu, menjadi bukti bahwa musik tradisi masih menyala dan kini makin mendekat ke denyut zaman.
Acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan RI ini menghadirkan suasana yang sangat meriah dan penuh energi.
Ribuan pengunjung memadati area festival setiap harinya, membuktikan antusiasme luar biasa masyarakat terhadap musik tradisi yang dikemas dengan sentuhan ethno groove yang segar dan modern.
Tradisi yang Bergerak, Tradisi yang Bergroove
Mengusung tajuk ethno groove, festival ini tak hanya menghadirkan musik tradisi dalam kemasan klasik, tapi juga menghadirkan eksperimen lintas genre.