Melalui pendekatan decolonial seperti yang diajukan Walter Mignolo dan Anibal Quijano, kita dapat membongkar warisan epistemik kolonial yang masih mendominasi struktur berpikir sejarah kita.
Penulisan ulang ini tidak hanya merestorasi masa lalu, tetapi juga membuka ruang bagi imajinasi politik baru untuk masa depan Indonesia yang lebih inklusif.
Penutup: Menulis Ulang untuk Mengingat dan Memperjuangkan
Sejarah adalah medan tempur antara lupa dan ingat, antara narasi dominan dan suara terpinggirkan.
Proyek penulisan ulang sejarah nasional menjelang 80 tahun Indonesia merdeka bukan hanya soal mengganti buku teks, melainkan soal siapa yang punya hak untuk menentukan makna "Indonesia".
Dalam dunia di mana sejarah kerap dijadikan alat legitimasi politik, menulis ulang bisa menjadi bentuk perlawanan--atau justru bentuk baru hegemoni. Jawabannya tergantung pada siapa yang menulis, untuk siapa, dan dengan cara bagaimana.
Referensi:
- Chakrabarty, D. (2000). Provincializing Europe: Postcolonial Thought and Historical Difference. Princeton University Press.
- De Certeau, M. (1988). The writing of history. Columbia University Press.
- Halbwachs, M. (2020). On collective memory. University of Chicago press.
- Mignolo, W. (2011). The darker side of western modernity: Global futures, decolonial options. Duke University Press.
- Nora, P. (1989). Between memory and history: Les lieux de mmoire. Representations, 7-24.
- Scott, J. W. (1991). The evidence of experience. Critical inquiry, 17(4), 773-797.
- White, H. (2014). Metahistory: The historical imagination in nineteenth-century Europe. Johns Hopkins University Press.
- Franco, B. (1997). Public history and memory: A museum perspective. The Public Historian, 19(2), 65-67.
- Quijano, A. (2000). Coloniality of power and Eurocentrism in Latin America. International sociology, 15(2), 215-232.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI