Artikel ini tidak akan menceritakan panjang lebar tentang bagaimana kami menyusun kekuatan dan melawan setiap upaya penggusuran sepihak, teror, ancaman, intimidasi, dan sebagainya.
Artikel singkat ini hanya ingin menegaskkan, bahwa Ibu Aisyah yang berdagang ayam potong, merupakan simbol ketahanan ekonomi selama dua dekade. Dia tetap bertahan meski ekonomi nasional compang-camping.
Wabah Covid-19 yang membuat saldo 'berdarah-darah' dan meluluh-lantakan ekonomi keluarga selama 2 tahun, toh tak membuat Ibu Aisyah hancur. Ia tetap berdagang, meski sepi pembeli.
Hari ini, saat badai PHK meninggi yang berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran dan ujungnya adalah lemahnya daya beli, tentu juga akan berdampak serius bagi bu Aisyah dan rekan-rekannya.
Ketangguhan di Tengah Krisis: Sebuah Perspektif Mikroekonomi
Fenomena PHK massal yang melanda sektor padat karya memang menciptakan tekanan besar bagi pasar tenaga kerja dan daya beli masyarakat.
Namun, Ibu Aisyah menunjukkan bagaimana pelaku usaha mikro dan kecil di pasar tradisional berperan sebagai penyangga sosial-ekonomi yang vital.
Dari sudut pandang teori ekonomi mikro, ini dapat dianalisis melalui konsep resilience (ketahanan ekonomi) dan informal economy yang selama ini kurang mendapat perhatian dalam kajian formal.
Menurut teori ketahanan ekonomi, pelaku usaha kecil seperti Ibu Aisyah mengembangkan strategi adaptasi yang bersifat fleksibel dan berbasis komunitas untuk bertahan menghadapi guncangan ekonomi (Martin & Sunley, 2015).
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!