Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berhentilah Bersikap "Terlalu Baik" di Tempat Kerja, Antara Survival dan Self-Sabotage

28 April 2025   09:40 Diperbarui: 28 April 2025   09:40 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan yang bersikap terlalu baik di tempat kerja.(Foto: Freepik.com)

Perilaku terlalu baik atau over-akomodatif di tempat kerja--seperti senyum dipaksakan, kesediaan berlebihan memenuhi permintaan rekan, atau menghindari konflik--sering kali bukan cerminan ketulusan, melainkan respons adaptif terhadap lingkungan kerja yang tidak sehat.

Intinya, di dunia profesional hari ini, banyak dari kita diajarkan untuk "bersikap baik"--sopan, rendah hati, adaptif.

Namun dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan, persaingan, atau bahkan toksisitas terselubung, kebaikan yang berlebihan justru sering menjadi bentuk self-sabotage yang tidak disadari.

Kita terjebak dalam performatif niceness: berpura-pura nyaman, terlalu sering mengalah, atau bahkan menyetujui sesuatu yang bertentangan dengan nilai pribadi.

Apa jadinya ketika "kebaikan" itu dipaksakan hingga berlebihan? Ketika kita terus-menerus tersenyum padahal stres, mengiyakan permintaan rekan meski itu mengganggu produktivitas, atau bahkan menunduk agar tidak dianggap bermasalah?

Fenomena ini bukan sekadar masalah personal, melainkan sebuah dinamika psikososial yang kompleks dan berakar pada berbagai teori perilaku organisasi.

Sudah saatnya kita berkata: berhentilah bersikap terlalu baik.

Mengapa Kebaikan Bisa Jadi Berbahaya?

Perilaku terlalu baik di tempat kerja mungkin terlihat ideal di permukaan, tetapi dalam banyak kasus, ia justru menjadi bumerang dan membahayakan--baik bagi kesehatan mental, karier, maupun dinamika tim.

1. Kelelahan Emosional dan Burnout

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun