Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berhentilah Bersikap "Terlalu Baik" di Tempat Kerja, Antara Survival dan Self-Sabotage

28 April 2025   09:40 Diperbarui: 28 April 2025   09:40 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan yang bersikap terlalu baik di tempat kerja.(Foto: Freepik.com)

2. Bangun Keaslian Emosional

Daripada surface acting, lebih baik berlatih deep acting--yaitu menyelaraskan perasaan dan ekspresi secara internal. Ini meningkatkan kesejahteraan emosional dan membuat hubungan kerja lebih jujur dan bermakna (Brotheridge & Lee, 2003). Lebih baik dihormati karena kejujuran daripada disukai karena kepura-puraan (Gardner et al., 2009).

3. Kenali Lingkungan Kerja Anda

Tidak semua tempat kerja layak untuk diperjuangkan. Dalam model Toxic Triangle (Padilla, Hogan, & Kaiser, 2007), lingkungan kerja toksik seringkali memiliki kombinasi kepemimpinan destruktif, pengikut yang permisif, dan konteks yang memungkinkan perilaku negatif.

 Jika Anda selalu dipaksa "terlalu baik" untuk bertahan, mungkin ini tanda bahwa Anda perlu berpikir ulang tentang tempat kerja tersebut.

Penutup

Menjadi orang yang baik tentu tetap penting--tetapi menjadi orang yang sehat jauh lebih penting. 

Kita butuh dunia kerja di mana profesionalisme dibangun atas dasar kejujuran emosional dan saling menghormati, bukan kepalsuan yang dikemas dalam "senyum korporat" yang melelahkan. 

Berhentilah bersikap "terlalu baik"--mulai saat ini, mulailah bersikap tepat.

Referensi:

  • Baumeister, R. F., & Leary, M. R. (1995). The Need to Belong: Desire for Interpersonal Attachments as a Fundamental Human Motivation. Psychological Bulletin, 117(3), 497--529.
  • Bolino, M. C., Klotz, A. C., Turnley, W. H., & Harvey, J. (2013). Exploring the dark side of organizational citizenship behavior. Journal of organizational behavior, 34(4), 542-559.
  • Brotheridge, C. M., & Lee, R. T. (2003). Development and Validation of the Emotional Labour Scale. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 76(3), 365--379.
  • Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The "What" and "Why" of Goal Pursuits: Human Needs and the Self-Determination of Behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227--268.
  • Deutsch, M. (1973). The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. Yale University Press.
  • Ferris, G. R., Treadway, D. C., Perrew, P. L., Brouer, R. L., Douglas, C., & Lux, S. (2007). Political skill in organizations. Journal of management, 33(3), 290-320.
  • Grandey, A. A. (2000). Emotional regulation in the workplace: A new way to conceptualize emotional labor. Journal of occupational health psychology, 5(1), 95.
  • Grant, A. M., & Sonnentag, S. (2010). Doing Good Matters More When Not Doing Good Is Normative: Pro-Social Values and Counterproductive Work Behavior. Journal of Applied Psychology, 95(1), 114--130.
  • Hochschild, A. R. (1983). The Managed Heart: Commercialization of Human Feeling. University of California Press.
  • Padilla, A., Hogan, R., & Kaiser, R. B. (2007). The Toxic Triangle: Destructive Leaders, Susceptible Followers, and Conducive Environments. The Leadership Quarterly, 18(3), 176--194.
  • Rogelberg, S. G. (2007). Encyclopedia of Industrial and Organizational Psychology. Sage Publications.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun