Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini 2.0 dan Emansipasi Perempuan Gen Z di Era Digital

21 April 2025   18:53 Diperbarui: 21 April 2025   18:53 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kartini dan adik-adiknya Roekmini, Kartinah dan Soemarti sebagai guru.(Foto: KITLV via Kompas.com)

"Pendidikan akan membebaskan perempuan dari belenggu kebodohan dan feodalisme."

Pemikirannya sejalan dengan teori Feminisme Liberal (Mill & Okin, 1979) yang menekankan akses setara ke pendidikan dan kesempatan.

Penelitian Suryochondro (2000) dalam Jurnal Perempuan menunjukkan bahwa gerakan Kartini memicu kesadaran kolektif perempuan pribumi untuk menuntut hak belajar--sebuah trendsetter di era kolonial. 

Relevansi untuk Gen Z & Milenial:

- Kartini nggak cuma nongkrong di sosmed tapi bikin aksi nyata. 

- Literasi digital sekarang bisa jadi senjata, mirip seperti surat-surat Kartini dulu. 

Kartini Sebagai Istri: Antara Tradisi dan Modernitas 

Setelah menikah dengan Bupati Rembang, Kartini tetap aktif mendirikan sekolah perempuan di lingkungan istana. 

Ini menunjukkan strateginya memanfaatkan privilege sebagai bangsawan untuk perubahan (teori Agency oleh Bandura, 2001). 

Penelitian Hapsari (2017) dalam Jurnal Sejarah dan Budaya menyebut bahwa Kartini mempraktikkan "resistensi halus"--melawan feodalisme tanpa konfrontasi langsung. 

Lesson Learned: 

- Kolaborasi, bukan konfrontasi, bisa lebih efektif. 

- Perempuan bisa berdaya di dalam system sekalipun. 

Kartini vs. Perempuan Modern: Apa Bedanya? 

Menurut teori Post-Feminism (McRobbie, 2009), perempuan sekarang punya kebebasan lebih, tapi masih terjebak dalam paradox of choice--antara karir, keluarga, dan ekspektasi sosial. Kartini mengajarkan: 

1. Berani punya mimpi (meski lingkungan nggak mendukung). 

2. Gunakan media yang ada (surat dulu, sosmed sekarang). 

3. Jangan takut berbeda (feodal vs. emansipasi). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun