Ia bukan cuma kasih update kebijakan, tapi juga cerita, bercanda, nyanyi, bahkan marah-marah ke oposisi.
Ini adalah contoh dari populist communication (Waisbord, 2014), di mana pemimpin mencoba hadir secara langsung dan emosional di ruang publik, melewati media mainstream.
Dengan pendekatan Mediatization of politics (Mazzoleni & Schulz, 1999)--Chvez sengaja melewati filter media dan langsung ke rakyat lewat kanal yang ia kuasai sendiri.
Gaya Hugo ini juga dapat disebut sebagai Media Populism (Mazzoleni, 2008)--elit politik menggunakan media untuk menciptakan citra "orang biasa" yang melawan establishment.Â
2. Donald Trump (Amerika Serikat): "Twitter Storm" dan Politik ProvokasiÂ
Trump adalah presiden pertama yang menjadikan Twitter sebagai senjata utama. Cuitannya sering kontroversial, langsung menyerang lawan, atau menyebarkan narasi "kita vs mereka".
Gaya ini mencerminkan komunikasi antagonis (Ott & Dickinson, 2019), yang sengaja memecah opini publik untuk mobilisasi dukungan.
Ini juga mencerminkan pendekatan framing, di mana Trump mengontrol narasi publik sesuai dengan perspektifnya melalui media sosial. Trump mampu membuat isu tertentu menjadi pembicaraan utama masyarakat.
Strategi komunikasi Trump ini disebut Agenda-Setting dalam Media Baru (McCombs & Shaw, 1972)--Trump mengontrol pemberitaan dengan selalu jadi trending topic.Â
3. Barack Obama (Amerika Serikat): Si Jago Storytelling
Masih dari negara Abang Sam. Mantan Presiden Barack Obama dikenal sebagai "The Great Communicator" generasi modern.