Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Prasasti Bicara Sebelum Tutur Berkisah: Budaya Tulis-Menulis di Nusantara

5 April 2025   16:24 Diperbarui: 5 April 2025   16:24 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai.(Foto: Kemdikbud)

Kalo ada yang bilang budaya tulis-menulis di Nusantara baru datang bareng kolonialisme, langsung skip aja!

Faktanya, nenek moyang kita udah melek literasi sejak ribuan tahun lalu--bahkan mungkin sebelum budaya bertutur berkembang pesat.

Kalau selama ini kita mikir budaya lisan alias bertutur jadi andalan utama masyarakat Nusantara zaman dulu, mungkin kita perlu re-check cara pandang itu.

Karena faktanya, budaya nulis alias tulis-menulis ternyata sudah eksis jauh sebelum tradisi tutur benar-benar berkembang luas.

Dan ini bukan klaim asal bunyi--ini bisa dibuktikan lewat data arkeologis, prasasti, serta pendekatan teoritik dalam kajian budaya dan sejarah tulisan.

Prasasti: Twitter-nya Nusantara Zaman Dulu

Prasasti-prasasti kuno yang tersebar di seantero Nusantara jadi bukti paling otentik bahwa orang-orang dulu udah punya budaya tulis yang kuat.

Sebut aja Prasasti Yupa dari Kutai (abad ke-4 M), yang ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Menulis tentang raja Mulawarman yang royal banget ngasih sedekah ke Brahmana.

Ini adalah bentuk komunikasi tertulis paling awal yang kita punya. Bahkan lebih tua dari cerita rakyat yang selama ini dituturkan turun-temurun.

Contoh lainnya? Prasasti Tarumanagara (abad ke-5 M), Prasasti Kedukan Bukit (683 M), Prasasti Ciaruteun, dan sederet lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun