Dalam jurnal Indonesia and the Malay World (Collins, 1998), disebutkan bahwa bentuk-bentuk tulisan di Asia Tenggara kuno sangat erat kaitannya dengan struktur sosial dan politik.
Jadi, budaya tulis bukan cuma ada, tapi memang jadi alat negara dan elite buat kontrol wacana.
Jadi, Bertutur Belakangan?
Bukan berarti tradisi tutur nggak penting ya--justru keduanya saling melengkapi. Tapi dari segi kronologi dan bukti arkeologis, jelas budaya tulis sudah mapan lebih dulu.
Tradisi tutur bisa dibilang muncul dan berkembang pesat setelah tulisan hadir sebagai pengikat narasi besar dan identitas kolektif.
Jan Wisseman Christie (1990) dalam jurnal World Archaeology bilang bahwa maritimnya Sriwijaya dan Majapahit nggak mungkin jalan tanpa catatan tertulis buat administrasi perdagangan.
Jadi, klaim bahwa Nusantara cuma budaya lisan itu hoaks sejarah!
Penutup: Literasi Nusantara Udah From A to Z
Kita seringkali mengagungkan budaya lisan seolah itu yang paling otentik. Tapi kalau kita mau jujur pada data dan temuan arkeologis, budaya tulis-menulis di Nusantara patut diakui sebagai tonggak awal pembentukan peradaban.
Nggak ada salahnya kita bilang: "Di Nusantara, nulis itu duluan dari pada tutur."
Dari bukti prasasti sampai teori antropologi, jelas banget bahwa Nusantara punya tradisi tulis-menulis yang advance sejak awal Masehi.