Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Memaafkan Lebih Mudah Daripada Meminta Maaf? Menelisik Makna Keikhlasan dalam Tradisi Idulfitri

1 April 2025   00:02 Diperbarui: 1 April 2025   00:10 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi saling memaafkan saat Lebaran.(Foto: SHUTTERSTOCK/ODUA IMAGES via Kompas.com)

Ketika seseorang harus mengakui kesalahannya, dia tidak hanya mengungkapkan kekeliruannya tetapi juga membuka ruang untuk kerentanan diri.

Ada rasa takut akan penolakan atau mungkin perasaan tidak nyaman karena harus menunjukkan bahwa dirinya tidak sempurna.

Proses meminta maaf juga melibatkan introspeksi diri yang kadang-kadang cukup menyakitkan.

Namun, dalam Islam, introspeksi atau muhasabah adalah bagian yang sangat penting. Rasulullah SAW bersabda:

"Wahai anak Adam, selama engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu, meskipun dosamu sebanyak buih di lautan." (HR. Al-Bukhari)

Dalam konteks ini, meminta maaf kepada sesama adalah langkah pertama untuk meraih ampunan Allah.

Hal ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita bahwa tidak ada yang lebih mulia daripada merendahkan hati dan mengakui kesalahan, baik kepada Allah maupun sesama manusia.

Ibnu Abbas RA menyatakan bahwa "Bertaubat itu tidak hanya sekadar mengucapkan kata maaf, tetapi juga meninggalkan dosa dan bertekad untuk tidak kembali melakukannya."

Keikhlasan Dalam Memaafkan dan Meminta Maaf

Idulfitri, sebagai perayaan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa, seharusnya mengajarkan umat Islam untuk mempraktikkan keikhlasan dalam kedua sisi ini: memaafkan dan meminta maaf.

Keikhlasan dalam memberi maaf berarti kita tidak menuntut balas atau memperpanjang dendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun