Mohon tunggu...
Rahadyan Tajuddien
Rahadyan Tajuddien Mohon Tunggu... Dosen Universitas Pamulang

Rahadyan Tajuddien adalah seorang akademisi dan praktisi di bidang pemasaran dan media sosial, yang saat ini berafiliasi dengan Universitas Pamulang. Dengan latar belakang pendidikan Mrketing Manajemen, ia memiliki fokus utama pada pengembangan strategi pemasaran digital dan komunikasi bisnis yang efektif. Sebagai peneliti aktif, Rahadyan telah memimpin berbagai studi yang menyoroti pengaruh media sosial terhadap perilaku konsumen. Salah satu penelitiannya menunjukkan bahwa media sosial memiliki dampak positif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif mahasiswa di platform online marketplace. Selain kegiatan akademis, Rahadyan juga terlibat dalam program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM). Melalui pelatihan dan pendampingan, ia membantu pelaku usaha memanfaatkan teknologi dan kreativitas dalam manajemen pemasaran, seperti penggunaan WhatsApp Business untuk optimalisasi pemasaran UMKM makanan. Rahadyan juga aktif dalam kegiatan edukasi di tingkat sekolah menengah, memberikan pemahaman tentang pentingnya media sosial sebagai sarana komunikasi bisnis dan pemasaran pribadi kepada siswa-siswi SMK. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali generasi muda dengan keterampilan yang relevan dalam dunia bisnis digital saat ini. Dengan pendekatan yang integratif antara teori dan praktik, Rahadyan Tajuddien berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pengembangan ilmu pemasaran digital dan pemberdayaan masyarakat melalui edukasi dan penelitian.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Evolusi Marketing Mix 4P-15P, 7C, 7D, 7E

7 Juni 2025   18:24 Diperbarui: 8 Juni 2025   16:15 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Evolusi Marketing Mix

Evolusi Marketing Mix: Dari 4P ke 15P dan Lahirnya Model 7C, 7D, 7E yang Revolusioner

Pembuka: Sebuah Transformasi Paradigma

"Marketing mix bukan lagi sekadar alat strategi, tapi ekosistem dinamis yang bernapas selaras denyut nadi konsumen digital."

--- Dr. Alberto Carniel, Pakar Brand Equity.

Di tengah gelombang disrupsi teknologi dan perubahan perilaku konsumen, marketing mix berevolusi dari model 4P klasik (1960) menjadi kerangka 15P, 7C, 7D, dan 7E yang kompleks. Perjalanan ini mencerminkan pergeseran filosofi pemasaran: dari product-centric menuju human-centric, dari linear menuju adaptif, dan dari transaksional menuju eksperiensial.

Bagian 1: Akar Sejarah -- Kelahiran 4P dan Keterbatasannya

Tahun 1960: Jerome McCarthy memperkenalkan 4P (Product, Price, Place, Promotion) sebagai tulang punggung strategi pemasaran. Model ini menjadi standar global selama enam dekade, namun memiliki celah kritis:

  • Bersifat Produsen-Sentris: Fokus pada kontrol internal, mengabaikan dinamika konsumen.

  • Kaku Menghadapi Servitisasi: Tidak menyentuh aspek jasa seperti human interaction dan service process.

  • Studi Kasus Grey Goose: Vodka premium ini membuktikan kelemahan 4P. Dengan menaikkan harga 40% lebih mahal dari kompetitor dan membingkai narasi "kemewahan Prancis", Grey Goose menciptakan persepsi nilai baru --- strategi yang tak terjangkau kerangka 4P konvensional.

Bagian 2: Ekspansi ke 7P -- Menjawab Era Servitisasi

Tahun 1980: Booms dan Bitner memperkenalkan 3P tambahan (People, Process, Physical Evidence), melahirkan model 7P. Revolusi ini menyasar sektor jasa yang sedang tumbuh eksponensial:

  • People: SDM bukan lagi supporting actor, tapi core brand ambassador. Contoh: Layanan konsultasi hukum mengandalkan kredibilitas pengacara sebagai daya tarik utama.

  • Process: Efisiensi alur layanan jadi pembeda. Case in point: Single-page checkout di e-commerce turunkan cart abandonment 70%.

  • Physical Evidence: Ruang tunggu klinik yang nyaman atau desain packaging mewah membangun persepsi kualitas sebelum konsumsi.

Tabel: Perbandingan 4P vs 7P

4P (1960)

7P (1980)

Perluasan Strategis

Product

Product

+ Variasi layanan pendamping

Price

Price

+ Model langganan (subscription)

Place

Place

+ Omnichannel (online-offline)

Promotion

Promotion

+ Inbound marketing

-

People

Pelatihan SDM berstandar emosional

-

Process

Automatisasi respons konsumen

-

Physical Evidence

Desain pengalaman sensorial

Bagian 3: Ledakan Digital dan Kelahiran 15P

Pascatahun 2010: Digitalisasi memicu fragmentasi marketing mix menjadi 12P/15P. Model ini merespons kompleksitas pasar digital:

  • Personalization: Hyper-targeting berbasis AI. Contoh: Netflix merekomendasikan konten unik per pengguna.

  • Partnership: Kolaborasi cross-industry (e.g., GoPay x Tokopedia ciptakan ekosistem finansial-sosial).

  • Proof: Testimoni dan UGC (user-generated content) sebagai validasi sosial.

  • Passion: Membangun komunitas berbasis nilai (e.g., Harley-Davidson).

  • Performance: Real-time analytics untuk optimisasi kampanye.

Insight Kritis: "Digitalisasi mengubah linear value chain menjadi jaring nilai dinamis. Di sini, konsumen bukan endpoint, tapi co-creator" --- Laporan Dinanta Consulting (2023) .

Bagian 4: Model 7C, 7D, 7E -- Konsumen sebagai Poros

Sebagai alternatif berorientasi konsumen, muncullah framework 7C dan turunannya (7D/7E):

A. 7C Marketing:

  1. Customer: Riset mendalam behavioral insight.

  2. Cost: Hitung total cost of ownership (uang, waktu, energi).

  3. Convenience: Kemudahan akses (e.g., one-click purchase).

  4. Communication: Dialog dua arah via media sosial.

  5. Channel: Integrasi online-offline (phygital).

  6. Circumstance: Adaptasi konteks sosio-politik.

  7. Corporation: Koherensi nilai korporat.

B. 7D & 7E (Evolusi 7C):

  • 7D: Data, Digitalization, Design, Dynamic, Dialogue, Distribution, Development.

  • 7E: Empower, Engage, Experience, Emotion, Expansion, Evidence, Endorsement.

Contoh Penerapan: Starbucks menggunakan model 7E melalui program "My Starbucks Idea" (Engage), desain toko eksperiensial (Experience), dan pemberdayaan barista (Empower).

Bagian 5: Masa Depan -- AI, Personalisasi, dan Sustainable Ethics

Prediksi 2030: Marketing mix akan fokus pada tiga pilar:

  1. AI-Driven Hyper-Personalization: Generative AI ciptakan iklan unik per individu.

  2. Ethical Ecosystem: Transparansi carbon footprint dan upah pekerja jadi komponen harga.

  3. Omni-Experience: Hilangnya batas fisik-digital (e.g., metaverse showroom).

Kata Pakar: Model 15P dan 7E bukan akhir evolusi. Tantangan berikutnya adalah menyinergikan teknologi dengan humanisme --- di sini, Purpose dan Planet akan jadi P ke-16 dan ke-17. --- Prof. Yousef Baalbaki, Peneliti Evolusi Pemasaran.

Penutup: Marketing Mix di Era Simbiosis Mesin-Manusia

Evolusi marketing mix dari 4P ke 15P dan 7C/7E mencerminkan perubahan filosofi bisnis: dari mengontrol pasar, menjadi beradaptasi dengan ekosistemnya. Model baru ini bukan sekadar tambahan variabel, tapi pengakuan bahwa konsumen modern bukan target pasif, tapi mitra aktif yang menuntut nilai, transparansi, dan partisipasi. Bagi pemasar, ini adalah era quantum marketing --- di mana fleksibilitas, kecepatan iterasi, dan empati menjadi senjata utama.

"The future belongs to marketers who see the mix not as a formula, but as a living organism."

Author : Rahadyan Tajuddien

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun