Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Imlek, Semanis Jeruk Ponkan, Sebahagia Syukur Wito

15 Februari 2022   14:00 Diperbarui: 15 Februari 2022   14:28 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdoa di salah satu sudut Vihara Dhanagun, Bogor saat momen Imlek 2022. (Foto Ganendra)

"Ini ditaruh mana ya?"

Seorang Cici-cici di sebelah aku berdiri bertanya, sembari memperlihatkan lilin-lilin kecil yang dia pegang.
Aku yang sedang ngobrol dengan teman, sesaat berpikir dan menjawab," Kurang tau Ci, bentar aku tanyain."

Petugas yang kumaksud adalah Wito, orang yang bertugas di vihara ini. Vihara Dhanagung, Bogor. Gak lama aku menemukan sosok berkaos warna hijau di salah satu sudut vihara. Aku bilang padanya, ada pengunjung yang butuh bantuan.

Vihara Dhanagung atau Vihara Hok Tek Bio adalah salah satu vihara yang kukunjungi saat momen Imlek 2022 yang jatuh pada tanggal 1 Februari yang lalu. Vihara yang lokasinya tak jauh dari "Lawang Suryakencana", sentra kuliner Bogor ini, diyakini merupakan vihara tertua di Bogor, berdiri sekitar tahun 1672. Aku memang suka "merayakan Imlek" dengan cara mengunjungi vihara atau klenteng saat momen Imlek dan Capgomeh. Sembahyang?

Jelas bukan. Aku senang merasakan nuansa dan aroma perayaan Imlek. Melihat lilin-lilin raksasa beragam ukuran kati. Aroma wangi dupa atau hio yang semerbak khas meski kalua kelamaan bikin pedih mata.

Aku juga suka banget mendokumentasikan khususnya foto-foto momen budaya/ culture seperti datangnya tahun baru Imlek. Senang melihat prosesi ataupun upacara menyambut imlek, selain untuk stok foto. Seperti atraksi-atraksi Barongsay maupun Liong, aneka lampion. Cantik kalau didokumentasikan.

Berdoa di salah satu sudut Vihara Dhanagun, Bogor saat momen Imlek 2022. (Foto Ganendra)
Berdoa di salah satu sudut Vihara Dhanagun, Bogor saat momen Imlek 2022. (Foto Ganendra)
Lebih dari itu, setiap melihat kesibukan perayaan Imlek, aku langsung teringat teman-teman lamaku di Batam dulu. Teman-teman yang selalu mengundang ke rumah. Bersilaturahmi sekaligus turut kebagian  kebahagiaan diantara keluarga besar mereka. Kayak "lebaran" saja.

Aku bisa menghabiskan waktu beberapa hari bersilaturahmi, saking banyak teman yang mengundang. Maklum saja, teman-teman bergaulku dari kalangan Tionghoa lebih dari 70%. Ya mayoritas temanku merayakan Imlek, baik dari Batam ataupun Singapura.

Senangnya saat bersilaturahmi Imlek selain menjalin persaudaraan tentu saja suka menikmati makanan beraneka rupa khas Imlek. Kue Keranjang, Jeruk Imlek, ponkam, kue-kue yang lezat. Jeruk mandarin Imlek, salah satunya yang paling populer adalah jeruk Ponkan. Paling favorit. Manis dan segar. Kulitnya mudah dikupas. Hahahaa.

Jeruk memang tak lepas dari sajian saat Imlek. Secara umum, jeruk dipercaya sebagai buah keberuntungan yang harus ada menjelang Tahun Baru Imlek. Jeruk selain jeruk oranye atau jeruk mandarin juga menyimbolkan warna emas yang menggambarkan harapan, akan keberuntungan dan kesejahteraan.

Eh aku bahkan kebagian angpao. Serius. Angpao dalam amplop merah dengan beragam ukuran. Ada yang ukuran amplop kecil dan besar.  Biasanya aku disuruh memilih sendiri angpaonya. Aku sampai sekarang gak tahu apa isinya nominalnya sama. Gak tanya juga seeh hhaahaha. Lebih pentingnya, undangan mereka sebagai teman dan seperti menganggap aku sebagai bagian keluarga mereka. Itu lebih dari cukup.

***

Balek ke cerita Imlek tahun ini. Memang beda, perayaannya, maklum saja masih di masa pandemi Covid 19. Apalagi status di Jakarta dan Bogor adalah PPKM level 3. Jadi dibatasi pengunjungnya dan keramaiannya. Protokol Kesehatan jelas diterapkan di vihara. Seperti menggunakan masker, cuci tangan maupun scan aplikasi PeduliLindungi sebelum masuk vihara.

Imlek tahun ini, kali pertama aku mengunjungi Vihara Dhanagun, yakni . Dua tahun belakangan aku "Imlekan" di vihara  Kim Tek Ie atau Vihara Dharma Bhakti di Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. Keriuhan Imlek terasa sekali bedanya sejak pandemi melanda.

Berdoa di salah satu sudut Vihara Dhanagun, Bogor saat momen Imlek 2022. (Foto Ganendra)
Berdoa di salah satu sudut Vihara Dhanagun, Bogor saat momen Imlek 2022. (Foto Ganendra)
Saat mengunjungi Vihara Dhanagun sehari selepas Imlek, yakni 2 Februari 2022 tak banyak pengunjung di vihara yang bernuansa merah oleh aksesoris Imlek itu. Kabarnya seeh saat Imlek sehari sebelumnya juga gak begitu ramai dibanding sebelum pandemi.

Vihara bernuansa merah khas Imlek, lampion bergantungan, nyala lilin beragam ukuran dimana-mana. Kesibukan di area vihara kulihat beragam. Ada pengunjung yang bersembahyang. Ada petugas vihara yang terlihat membantu pengunjung seperti menyiapkan lilin, dupa, bersih-bersih dan lain sebagainya.

Lilin-lilin di salah satu sudut Vihara Dhanagun, Bogor saat momen Imlek 2022. (Foto Ganendra)
Lilin-lilin di salah satu sudut Vihara Dhanagun, Bogor saat momen Imlek 2022. (Foto Ganendra)
Sosok yang paling sibuk, bisa jadi Wito. Dia adalah petugas yang setiap harinya ada di vihara Dhanagun. Bahkan sejak setahunan ini, dia menjadi satu-satunya yang bertugas di vihara.

Tugas Wito terlihat sepele, namun tidak sepele. Dia bertugas bersih-bersih, membantu pengunjung yang akan bersembahyang,
berdoa, seperti saat Cici-cici yang kuceritakan di atas.

Di momen Imlek tentu tanggungjawab Wito bertambah, seiring kesibukan vihara. Stand by dari pagi hingga sore bahkan malam hari dilakukan dengan suka hati. Pria asli Jawa ini bahkan sudah 15 tahun dipercaya menjaga dan "merawat" vihara Dhanagun.

"Senang saja bisa bekerja dan membantu di sini," kata Wito.

Wito, pekerja di Vihara Dhanagun Bogor. (Foto SS Ganendra)
Wito, pekerja di Vihara Dhanagun Bogor. (Foto SS Ganendra)
Saking sudah lamanya Wito bekerja di vihara, dia paham lika-liku kebutuhan pengunjung saat bersembahyang. Hari-harinya di vihara diakuinya dilakukan dengan perasaan senang. Bisa bekerja dan menghidup anak dan istrinya.

"Keluarga juga senang-senang saja saya  bekerja di sini," katanya.  

Meski hari liburnya tak tentu, bahkan boleh dibilang tak ada hari libur, namun Wito bisa mengajukan izin ataupun mencari pengganti untuk sementara, saat dia berhalangan. Wito pun bebas mendapatkan ruang untuk menjalankan ibadahnya sendiri.

"Mau jumatan, bebas-bebas saja. Saling menghormati di sini," katanya.  

Pembicaraanku beberapa saat terpotong, oleh panggilan pengunjung yang bertanya. Hingga kemudian aku melanjutkan mendokumentasikan momen di dalam vihara. Tentunya aku berusaha memposisikan sedemikian rupa, menjaga etika agar tidak mengganggu pengunjung yang berdoa dan bersembahyang.

Meski tak banyak, kulihat beberapa orang turut hunting foto. Berburu momen. Memang Imlek menarik untuk diabadikan. Patut disyukuri Imlek bisa dirayakan dengan suka cita oleh saudara-saudara kita.
Seperti kata Wito.

"Cukup...cukuplah. Kalau gak bisa bersyukur, gak ada puasnya Mas," katanya sambal tertawa, saat kutanya, rahasia dapur bayarannya.

"Hooh...bener..bener..." jawabku.

Bareng Kang Pujo hunting foto Imlek di Vihara Dhanagun, Bogor . (Foto Pribadi)
Bareng Kang Pujo hunting foto Imlek di Vihara Dhanagun, Bogor . (Foto Pribadi)
***

"Berapa kilo, Om?" kata penjual buah area Suryakencana Kawasan vihara Dhanagun. Ibu itu  memasukan beberapa butir jeruk ke dalam kantong plastik.

Ehh iya. Aku agak meleng karena sembari melihat-lihat foto di display kameraku.

"Sekilo aja. Pilihin yang bagus-bagus ya," kataku.

Jeruk-jeruk kulhat menis-menis. Tapi aku lagi malas milihin, "nyawa belum ngumpul" selepas keasyikan jepret-jepret foto di vihara. Hehehee.  Biasanya aku agak rewel milih kalau beli buah di kaki lima. Karena agak buru-buru pulang, jadi biar cepet aja. Gak milih.

Buah memang jadi konsumsi keseharianku. Konsumsi variasi antara jeruk, apel, alpukat, pear, juga pisang. Dua tiga hari sekali beli buah. Kadang di Pasar Kemang dekat komplek rumah. Kadang di supermarket ataupun marketplace.  Enaknya kalau di supermarket biasanya sudah terjaga kualitasnya. Gak susah milih buah yang masih bagus dan menjadi pilihan tepercaya.

Contohnya buah merek yang gak asing dan familiar banget, Sunpride. Pisang Cavendish, Nanas Honi, Guava Crystal, Baby Orange, Alpulat Mentega, Pepaya California, dan lainnya. Merek yang sudah sangat popular sebagai produsen buah pilihan tepercaya karena produsen satu-satunya pemegang sertifikat GAP (Global Agricultural Practice). Biar tau saja sertifikat ini merupakan sistem sertifikasi produk, yang menerapkan pendekatan sistem produksi, untuk memastkan keamanan produk buah segar.

Buah jaminan mutu itu penting banget khan?

@bozzmadyang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun