Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jadikan Instalasi Listrik Rumah Anda Aman dari Kebakaran dan Bahaya Kesetrum

3 Desember 2017   21:59 Diperbarui: 3 Desember 2017   23:02 3055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merangkai pengaman arus listrik. (Foto Rahab Ganendra)

Resiko kebakaran akibat arus listrik sering kita dengar. Bukan hanya gedung, pasar namun juga dari rumah di pemukiman. Konsleting, arus berlebih, arus bocor/ setrum menjadi salah satu biang keladinya. Itu terjadi akibat  buruknya instalasi jaringan listrik yang tidak aman. Kita sebagai warga pengguna listrik wajib menjaga keamanan dari akibat negatif yang ditimbulkan listrik. Saat aliran listrik tersambung ke rumah kita, di situlah kita harus bertanggungjawab mengamankannya. Upaya harus dilakukan, minimal dengan menggunakan sarana peralatan listrik yang kredibel, berstandar SNI dan tentunya berkualitas aman.

Sering kita dengan musibah kebakaran yang terjadi di kota besar. Dulu saya pernah ikut acara Palang Merah Indonesia (PMI) yang digelar di Jakarta Barat yang bertema tentang relawan PMI. Salah satunya tentang penanganan bantuan musibah kebakaran. Disebutkan bahwa di Jakarta Barat termasuk wilayah yang sering terjadi kebakaran. Tiap bulan ada kebakaran. Penyebabnya beragam termasuk oleh arus listrik.

Mengejutkan bahwa data dari Frankco Nasarino, Product Marketing Schneider Electric menyebutkan bahwa ada sekitar 73% dari jumlah kebakaran di Jakarta tahun 2016 diakibatkan oleh gangguan arus listrik. Itu prosentase yang tinggi mengingat di Jepang hanya 20 % dengan  penyebab kebakaran adalah  kompor yang lupa dimatikan saat gempa bumi. Sementara di Vietnam hanya 50%. Jadi di Indonesia sangat tinggi sekali, 73%!

"Dari 1139 kasus kebakaran ternyata 836 kasus terjadi karena arus listrik," kata Frankco Nasarino saat acara nangkring Kompasiana-Schneider Electric pada  Sabtu, 25 November 2017 di Crematology Coffee Roasters, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Ini menunjukkan bahwa pengamanan listrik rumah perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh, agar tak terjadi hal-hal tak diinginkan seperti kebakaran. Lalu bagaimana cara menciptakan solusi instalasi listrik yang aman dan meminimalisir resiko potensi kebakaran?

Nangkring Kompasiana-Schneider Electric pada Sabtu, 25 November 2017 di Crematology Coffee Roasters, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. (Foto Rahab Ganendra)
Nangkring Kompasiana-Schneider Electric pada Sabtu, 25 November 2017 di Crematology Coffee Roasters, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. (Foto Rahab Ganendra)
Nangkring Kompasiana-Schneider Electric  

Mengetahui seluk beluk tentang instalasi listrik yang aman, digali dari Frankco Nasarino selaku Product Marketing Schneider Electric yang juga seorang blogger saat acara nangkring Kompasiana-Schneider Electric, Sabtu, 25 November 2017 di Crematology Coffee Roasters, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Acara nangkring yang menambah pengetahuan khususnya bagi kompasianer yang awam dan mungkin masih banyak yang tidak 'ngeh' tentang instalasi listrik di rumahnya. Termasuk saya heheee. Taunya pakai saja. Dari acara ini menyadarkan saya pentingnya menjaga keamanan instalasi listrik di rumah. Bukankah bila bebas dari kebakaran akibat konsleting bisa aman semua rumah di lingkungan sekitar?

Nah penting banget rasanya saya berbagi tentang pengetahuan keamanan instalasi listrik di acara nangkring itu melalui tulisan, agar makin banyak yang tahu dan semakin care/ peduli dengan instalasi di rumahnya. Yuk simak!

Acara dibuka dengan kuis yang dipandu oleh Maria Anneke, presenter Kompas TV. Awalnya kompasianer yang hadir dipersilakan membuka websitekahoot.it. Di situ ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh sekitar 40an kompasianer yang hadir. Seru juga karena pertanyaan yang diajukan seputar pengetahuan tentang listrik. Di sinilah kompasianer diuji sejauh mana pengetahuan dan pemahamannya tentang listrik. Seru euuy!

Lalu pemateri, Frankco Nasarino, Product Marketing Schneider Electric presentasi seputar peralatan listrik, seperti MCB (Miniature Circuit Breaker), ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker), RCBO dan tentang Schneider Electric. Nah Schneider Electric sendiri merupakan perusahaan yang berasal dari Prancis. Lebih dari 100 tahun berdiri. Di Jakarta berkantor di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Memproduksi peralatan listrik, NCB, trafo, sensor dan lain-lain.

Frankco Nasarino, Product Marketing Schneider Electric. (Foto Rahab Ganendra)
Frankco Nasarino, Product Marketing Schneider Electric. (Foto Rahab Ganendra)
Listrik dan Ancamannya

"Di Surabaya ada mahasiswa mencoba mencabut charger, kesetrum meninggal dunia. Temannya yang mau membantu masih bisa diselamatkan," kata Frankco Nasarino mengawali presentasinya.

Rino (nama panggilannya) sharing tentang peristiwa kesetrumnya seorang mahasiswa di Surabaya. Maksudnya jelas, bahwa arus listrik itu selain bermanfaat juga menyimpan ancaman, bahkan nyawa.

Seperti yang kutulis di atas, ratusan kebakaran Jakarta disebabkan oleh arus listrik. Bahaya terdekat misalnya terjadi di pemasangan instalasi. Seperti terjadi di rumah yang sedang dibangun. Instalasi apa adanya. Lampu tak diklem, tak dipaku. Kabelnya bahkan dibuat jemuran. Ada air dalam kain. Ada aliran elektrolit yang mengalirkan arus listrik. Air hujan, mengandung air garam. Itu sebabnya kalau memegang alat listrik, tangan, tubuh tak boleh basah.

"Plafon rumah, kadang kabel telanjang, tak ada pipanya. Sementara tikus kadang makan kabel," jelas Rino, menggambarkan ancaman dan bahaya arus listrik karena instalasi yang kurang aman.

Menurut Rino, instalasi rumah adalah tanggungjawab pemilik rumah. Rino mengacu UU No. 30 tahun 2009 tentang Kelistrikan, khususnya pasal 29. Disebutkan bahwa warga negara berhak mendapat energi listrik. Jadi negara wajib memberi energi listrik. Pemerintah bersikeras memberi listrik ke setiap warganegara. Sementara warganegara selaku konsumen  wajib melakukan pengamanan terhadap  listrik yang digunakannya.

"Kemanan listrik rumah menjadi kewajiban warganegara bukan pemerintah. Kita wajib mengamankan listrik di rumah kita sendiri," jelas Rino.

Frankco Nasarino, Product Marketing Schneider Electric. (Foto Rahab Ganendra)
Frankco Nasarino, Product Marketing Schneider Electric. (Foto Rahab Ganendra)
Listrik dan Keamanannya

"Kalau lampu mati, pertama kali lihat MCB yang ada di KWH meter. Lihat cekrekannya ke kiri atau ke kanan," kata Rino.

Benar. Itu MCB(Miniature Circuit Breaker) biasa yang saya lihat jika listrik padam/ njetrek. Lalu kenapa MCB bisa njetrek?

Menurut Rino ada 2 kasus kenapa bisa njetrek ke kiri?

Pertama. Karena beban berlebih. Kalau cek MCB ada tulisan besar, misalnya C 6, jadi 6 ampere. Dikali tegangan 6 A x 220 V=1320. Dayanya 1300 VA. Artinya rumah punya tegangan 1300 VA. Jika menghidupkan peralatan melebihi, misalnya jadi 1500 VA maka beban berlebih, kabel memanas, MCB akan cekrek ke kiri untuk melindungi agar tak terjadi terbakar.

Kedua. Konslet. Di dalam kabel listrik ada netral dan yang bertegangan. Jika terkelupas lalu nyambung akan terjadi arus pendek/ hubungan singkat/ konslet.

Bagaimana kalau kesetrum? Apa yang terjadi saat kita kesetrum?

Arus listrik yang mengalir normal, melalui kabel listrik. Jika terkelupas, pegang colokan listrik (1 kabel bertegangan), ada arus listrik yang mengalir ke tubuh manusia ke ground, ini disebut arus bocor (Earth Leakage)   alias kesetrum. Untuk memproteksinya digunakan ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker.

Efek arus listrik yang terjadi pada tubuh manusia tergantung dari arusnya. Jika 0,5 mA akan terasa kesemutan/ small shoke. 10 mA itu menimbulkan shock/ terkejut. 30 mA menimbulkan gangguan pernafasan. Lebih dari itu bisa menimbulkan jantung berhenti. Pemerintah Indonesia merekomendasikan keamanan di rumah 30 mA. Sementara di Jepang 10 mA.

"Makanya biasanya saat memperbaiki listrik harus pakai sepatu safety," kata Rino.

ELCB bisa dipasang di area kelembaban, seperti kamar mandi, kolam renang dan lain-lain. Untuk rumah  dipasang di rumah 30mA sedangkan 300mA dipasang di gudang atau mesin agar tak terjadi kebakaran.

Kesimpulannya MCB melindungi dari beban berlebih dan konslet. Sedangkan ELCB melindungi arus bocor.

Frankco Nasarino, Product Marketing Schneider Electric jelaskan tentang MCB, ELCB dan RCBO. (Foto Rahab Ganendra)
Frankco Nasarino, Product Marketing Schneider Electric jelaskan tentang MCB, ELCB dan RCBO. (Foto Rahab Ganendra)
RCBO Keamanan 3 in 1

Nah diatas jelas bahwa ancaman listrik itu meliputi bahaya beban arus listrik yang berlebih, konslet dan setrum. Ketiga ancaman itu bisa diatasi dengan MCB dan ELCB. Namun ada yang lebih praktis dan aman lagi yakni dengan pemasangan RCBO Domae Slim.

RCBO ini merupakan gabungan dari fungsi yang diperankan oleh MCB dan ELCB. Jelas lebih unggul. Ada 5 keunggulan RCBO:

- RCB memiliki 3 fungsi, 3 in 1, yakni 3 Proteksi dalam 1 produk: Beban Lebih + Hubung Singkat + Arus Bocor (Kesetrum).

- RCBO memiliki dimensi ramping, dengan lebar 18 mm, sama dengan lebar 1 MCB.

- Instalasi RCBO Mudah. Cukup lepaskan MCB, ganti dengan RCBO Slim Domae, dan memasang kabel netral.  Nah saat nangkring kompasianer diminta mencoba instalasi merangkai dengan waktu 20 menit. Seperangkat uji coba terdiri dari 2 MCB, RCBO, ELCB, 2 MCB.  Ada kabel kecil, panjang dengan aneka warna. Kompasianer tinggal mengikuti gambar yang disediakan. Susah-susah gampang, namun beberapa grup cukup bagus merangkainya.

- Harga RCBO Ekonomis,  lebih ekonomis dibandingkan dengan harga MCB + ELCB. Harga MCB sekitar Rp.50-60 ribu. ELCB sekitar Rp.350 ribuan ke atas

"RCBO Rp. 250 ribuan satu pieces," ujar Rino. Jelas harga lebih murah dari gabungan MCB dan ELCB.

Dan perlu diketahui bahwa RCBO untuk rumah di pasaran hanya ada produk Schneider Electric saja. Produk RCBO yang tersedia 6,10,16,20,25 dan 32mA. Di pasaran ada tapi digunakan untuk industri seharga Rp.500an. Bentuknya besar, jadi tak  cocok buat rumah.

- RCBO Slim Domae telah diuji sesuai standar SNI.Kenapa sering kasus kebakaran? Salah satunya karena penggunaan produk tak aman, tak berstandar SNI. Kalau peralatan listrik wajib tak boleh terbakar. Kebakaran terjadi ditopang oleh 3 komponen, yakni bahan bakar, tubuh dan udara. RCB berbahan yang meleleh tapi langsung mati. Sama seperti bahan saklar, stop kontak, wajib tak bisa terbakar.

"Oleh karenanya Saklar, Stop kontak, MCB, ELCB harus SNI. RCBO sudah kami sesuaikan standar SNI, meski tak diwajibkan," kata Rino.  

Dengan standar SNI itu jelas, produk berkualitas dengan komponen pengaman yang kredibel. Tentu ini beda dengan barang palsu. Namun menurut Rino, saat ini produk RCBO belum ada yang dipalsukan. Fungsi produk palsu biasanya tak maksimal karena menghilangkan beberapa komponen di dalamnya.

"Jadi saran saya, beli ke toko resmi Schneider Electric," kata Rino.

Di penghujung acara Rino mengingatkan sekaligus menyarankan untuk mereview instalasi listrik di rumah.  Cek ricek apa ada kabel terkelupas dan lain sebagainya.

"Sebaiknya 15 tahun sekali, instalasi direview," kata Rino menjawab pertanyaan kompasianer.

Soo, begitu pentingnya keamanan listrik rumah kita tetap dijaga. Bukan saja aman bagi kita sendiri namun juga masyarakat sekitar. Review instalasi anda, dan penting juga menggunakan sarana listrik berkualitas seperti RCBO yang memproteksi dari kebakaran maupun kesetrum! RCBOSafety at Home. Life is On

@rahabganendra

Acara nangkring Kompasiana-Schneider Electric pada Sabtu, 25 November 2017 di Crematology Coffee Roasters, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. (Foto Rahab Ganendra)
Acara nangkring Kompasiana-Schneider Electric pada Sabtu, 25 November 2017 di Crematology Coffee Roasters, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. (Foto Rahab Ganendra)
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun